NASKAH DRAMA SEJARAH INDONESIA
DETIK-DETIK PROKLAMASI KEMERDEKAAN
INDONESIA
XI IPS 1
Pemeran :
1.
Ir. Soekarno :
Singgih Prabowo
2.
Drs. Moh. Hatta : Ridwan Fauzan
3.
Radjiman Wedyodiningrat : Rizki Taufik Hidayat
4.
Jendral Terauchi : Helmi Renza Sukmawan
5.
Sutan Syahrir : Rival Hamdi Somantri
6.
Wikana :
Dimas Pandji Akbar
7.
Darwis :
Dian Aris Munandar
8.
Sukarni :
Nurkholis
9.
Dr. Buntaran
Martoatmodjo : Asep
Mahendra
10.
Ahmad Soebarjo :
Ahmad Nurobi
11.
Iwa Kusumasumantri : Dede Kurniawan
12.
Yusuf Kunto :
Syandi Nugraha
13.
Chaerul Saleh :
Nurmala
14.
Shodanco Singgih : Diska Gustiya Santika Dewi
15.
Dr. Muardi : Widia Sri Astuti Ningrum
16. Fatmawati : Santi Septiani
Guntur :
Boneka
17. Shudancho Subeno :
Ayu Yulia
18.
Affan :
Siska Sucianingsih
19.
Jedral Mayor Nishimura : Nia Anggraeni
20.
Laksamana Maeda :
Adrin Nur Adha Diana
21.
Sayuti Melik :
Diah Rosdiana
22.
Suhud Sastro Kusumo :
Rida Nurmuksitul Farida
23.
Latif Hendraningrat : Wia Triadi
24.
Soerastri Karma
Trimurti : Nina Komalasari
25.
Miyoshi :
Siti Nurmaya Supriyadi Putri
26.
Shigetada Nishijima : Rima Silvana
27.
Tomegoro Yoshizumi : Yulan Indriani
28.
Sudiro :
Indira Hapsari Putri
29.
B.M. Diah : Lia Rukayah Septriani
30.
Suwiryo :
Dewi
31.
Ki Hajar Dewantara :
Yuyun Yuni Lestari
32. Abikusno Tjokrosujoso : Ina Siti Mutmainatul Rukayah
Prolog
Pengeboman
Hiroshima, pada tanggal 6 Agustus 1945 & Nagashaki, 9 Agustus 1945, menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan
sekutunya. Sementara itu di Indonesia Sutan Syahrir mendengar kabar lewat radio BBC oleh
London tentang kekalahan Jepang.
Diapun memberitahu
kepada para pejuang rahasia bawah tanah.
Sutan Syahrir : “Teman
teman ada berita penting dari saluran BBC, Jepang menyerah kepada
sekutu!” (Berlari dengan tergesa-gesa).
Wikana :
“Benarkah?”
Sutan Syahrir : “Ya,
sekutu telah menjatuhkan bom di kota Hiroshima dan Nagasaki.”
Chairul Shaleh :
“Inilah saat yang tepat untuk memproklamirkan kemerdekaan kita!”
Darwis :
“Setuju! Kita jangan sampai menyiayiakan kesempatan ini.”
Wikana, Syahrir, Shaleh : “Ya, betul.”
Adegan (Sutan
Syahrir, Wikana, Darwis dan Chaerul Saleh sedang mendengarkan radio).
Narasi : Pada tanggal
9 Agustus 1945 memanggil Soekarno, Moh. Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat untuk
pergi ke Dalat, Timur Laut Saigon, Vietnam. Setelah itu, pada tanggal 12
Agustus 1945, tiba di rumah Jedral Terauchi.
Jedral
Terauchi : ”Atas nama Jepang, kami akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.
Sesuai janji perdana Mentri Kuniaki Koiso.”
Soekarno : ”Dengan cara apa Jepang dapat
memerdekakan Indonesia?”
Jedral
Terauchi : ” Itu tergantung dari kinerja PPKI.”
Moh. Hatta : ”Saya setuju.”
Radjiman W. : ”Ya, kita harus sesegera mungkin untuk
kemerdekaan Indonesia.”
Soekarno : ”Oke, kami akan diskusikan. Arigatou
gozaimasu.”
Jedral
Terauchi : ”Hai, Sayonara.”
Soekarno,
Hatta, Radjiman : ”Sayonara.”
Naskah: Kemudian
Soekarno, Moh. Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat pulang kembali ke Jakarta pada
tanggal 14 Agustus 1945. Para pemuda yang diwakili oleh Sutan Syahrir segera
menemui Bung Karno dan Bung Hatta di jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta.
Sutan
Syahrir : “Bung Hatta dan Bung Karno,
kita harus segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia secepat mungkin.
Karena Jepang kalah melawan Sekutu.”
Moh.
Hatta : “Apakah berita kekalahan itu
sudah terbukti secara akurat?”
Sutan
Syahrir : “Saya sendiri yang mendengar
berita tersebut melalui radio BBC. Pasti berita itu tidak salah”.
Ir.
Soekarno : “Dengar Syahrir ! Kita tidak
dapat memproklamasikan kemerdekaan begitu saja! Karena kita harus membahas hal
ini dalam rapat PPKI agar semua jelas”.
Narasi : Keesokan harinya pada
tanggal 15 Agustus 1945, sekitar pukul 22.00 WIB (10.00 malam) para pemuda
kembali membujuk Bung Karno dan Bung Hatta.
Dr. Buntaran : "Pak, kami para pemuda menyatakan, agar
proses proklamasi indonesia harus secepat cepatnya dilaksanakan, karena
kesepatan seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi".
Iwa Kusumasumantri :
"Iya pak, lagi pula jepang sudah di bom oleh amerika serikat".
Soekarno : “Ini
goroklah leherku, saudara boleh membunuh saya sekaranng juga. Saya tidak bisa
melepas tanggung jawab saya sebagai ketua PPKI, karena itu akan saya tanyakan
kepada wakil-wakil PPKI besok.”
Narasi : Para
pemuda gagal memaksa Soekarno dan golongan tua untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan. Para pemuda malam itu sekitar pukul 24.00 WIB (12 malam) mereka mengadakan pertemuan di Jl. Cikini 71
Jakarta.
Yusuf Kunto : “Masih
mau dimemerdekakan oleh Jepang? Toh kita mampu!”
Soekarno :
“Saya akan tetap pada pendirian saya.”
Chaerul Saleh : “Kalau
pendapat kalian seperti itu, kami akan tetap segera mungkin untuk kemerdekaan
Indonesia!”
Sukarni :
“Hanya tergantung oleh PPKI buatan Jepang. (menggelengkan kepala). Itu bukan
jiwa pemuda!”
Moh. Hatta : “Ini
sudah ketetapan ketua, tolong kalian hargai.”
Shodanco Singgih : “Ya, kita memang harus merdeka tanpa
bantuan PPKI. Hal ini tepat, karena kekuasaan sedang kosong.”
Narasi : Atas
kesepakatan golongan pemuda, Ir. Soekarno & Moh. Hatta diasingkan di Rengasdengklok.
Shodanco Singgih meminjam beberapa perlengkapan dari PETA yang dijaga oleh
Latif Hendraningrat.
Shodanco Singgih : “Hai, Latif. Aku pijam peralatannya ya.”
Latif Hendradiningrat : “Baiklah bung.”
Narasi : Golongan
muda menuju kediaman Moh. Hatta
Soekarni
: (mengetuk pintu dengan keras)
“Assalamuaikum”
Hatta : (membuka pintu)
”Waalaikumsalam”
Darwis : “Mari Bung, Bung Hatta harus ikut
kami!”
Hatta : “Akan dibawa kemana aku ini ? Lagipula
mengapa saya harus pergi ?”
Soekarni : “Rengasdengklok. Ini sudah menjadi
keputusan para pemuda. Selain itu, rakyat akan menyerbu kota.”
Darwis
: “Ayolah Bung, waktumu hampir habis.”
Hatta
: “Baiklah.”
Narasi
: Rombongan pemuda juga menculik
Soekarno. Soekarno bersedia ikut dengan rombongan pemuda ke Rengasdengklok jika
anak dan istrinya diajak pula.
Shaleh
: “Anda harus ikut
kami ke Rengasdengklok”
Soekarno : “Untuk apa aku ikut dengan kalian?”
Singgih : “Ini sudah jadi kesepakatan para
pemuda Bung, kami akan membawa anda dan Bung Hatta ke Rengasdengklok”
Soekarno
: “Bu,
pemuda-pemuda ini akan membawaku ke Rengasdengklok.”
Fatmawati
: “Untuk apa
pak?”
Shaleh
: “Untuk
menjauhkan Bung Karno dan Bung Hatta dari pengaruh Jepang, Bu.”
Fatmawati
: “Lalu
bagaimana denganku dan Guntur? Kalian akan meninggalkan kami?”
Soekarno
: “Benar,
aku tidak mau berpisah dengan istri dan anakku. Jika kalian membawaku, kalian
juga harus membawa mereka.”
Wikana
(Vien)
: “Baiklah Bung, kami akan membawa anda dan anak istri anda, tetapi kita harus
pergi sekarang.”
Soekarno
: “Baiklah.”
Narasi : Pagi
hari, tanggal 16 Agustus 1945, rombongan Soekarno Sampai di Rengasdengklok.
Mereka diterima oleh Shodanco Subeno dan Affan. Yang ditempatkan di rumah Kie
Song yang simpati pada perjuangan bangsa Indonesia.
S. Singgih :
“Kalian harus jaga mereka jangan sampai lolos.”
S. Subeno :
“Baiklah bung, serahkan kepada kami.”
Affan :
“Ya, betul. Demi segera mungkin kemerdekaan Indonesia, kami akan lakukan
apapun.”
Narasi : melihat
tanda-tanda bahwa Soekarno bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Maka sekitar pukul 10.00 WIB bendera merah putih dikibarkan dihalaman Kawedanan
Rengasdengklok. Sementara itu di Jakarta para anggota PPKI yg diundang rapat tanggal 16
Agustus memenuhi undangannya dan berkumpul di Gedung Pejambon 2. Akan tetapi
Sukarno-Hatta tidak ada.
Mr.Soebarjo : “Apakah Saudara tahu keberadaan Soekarno dan Bung Hatta?”
Wikana : “Maaf, saya tidak tahu, Bung.”
Ahmad Soebarjo : “Katakanlah kepadaku dimana mereka
sekarang, dan aku akan menjamin keselamatan mereka ketika kembali ke Jakarta.”
Sudiro : “Akankah Anda bersumpah untuk
itu? Mr.Soebarjo Kau bisa percaya padaku, Nak.”
Ahmad Soebarjo : “Ya, aku pasti selamatkan mereka.”
Wikana
: “Baiklah,
kami akan menunjukkan tempatnya, di Rengasdengklok. Silahkan anda ikut Jusuf Kunto
untuk bertemu dengan Soekarno-Hatta.”
(memanggil salah seorang pemuda)
Ahmad Soebarjo : “Hei, Nak ! Tolong antarkan kami
ke Rengasdengklok.”
Yusuf Kunto : “Baik, kalau begitu naiklah.”
Narasi
: Ahmad Soebarjo tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB (setengah 6 sore).
Ahmad Soebarjo : “Pemuda Indonesia, tolong serahkan
Bung Karno dan Bung Hatta.”
Subeno : “Tidak akan.”
Ahmad Soebarjo :
“Begini saja. Saya menjamin nyawa ini bahwa proklamasi kemerdekaan indonesia
bisa dilaksanakan pada tanggal 17 agustus 1945 sebelum pukul 12.00 siang.”
Singgih :
“Baiklah. Ucapanmu dapat ku pegang.”
Narasi
: Rombongan tiba
di Jakarta pukul 23.30 waktu Jawa dan kembali ke
rumah masing-masing.
Soekarno :
“Alhamdulillah, besok adalah hari merdeka bagi bangsa Indonesia.”
Fatmawati :
“Betul, pak. Untuk upacara bendera nanti, apakah sudah ada benderanya kang?”
Soekarno :
“Ya ampun. Bapak sampai lupa bu. Kalau begitu tolong jahitkan bendera Indonesia
bu.”
Fatmawati :
“Tapi, pak. Hanya ada kain merah dan putih. Apa tidak apa-apa?”
Soekarno :
“Tidak apa-apa. Buatlah kain sederhana dan yang penting kita sudah berusaha.”
Narasi : Kemudian rombongan lalu menuju ke rumah Laksamana
Maeda, karena keselamatan mereka disana terjamin. Sebelum mulai merumuskan naskah proklamasi,
Sukarno-Hatta menemui Mayor Jendral Nishimura. Mereka ditemani Laksamana Maeda, Shigetada Nishijima dan Tomegoro Yoshizuma serta Miyoshi
sebagai penerjemah.
Soekarno :
“Nishimura, apakah anda mau membantu kami untuk memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia ?”
Nishimura : “tidak bisa !”
Laksamana Maeda : “Tolonglah kami.
Kami ingin merdeka.”
Shigetada : “Ya,
tolonglah bangsa Indonesia.”
Tomegoro :
“karena kami belum tentu bisa memerdekakan Indonesia.”
Miyoshi :
“Ya, bantulah bangsa Indonesia, karena Jepang telah memberikan janjinya.”
Nishimura : “Tidak bisa. Dengan menyerahnya Jepang kepada sekutu
maka tentara Jepang tidak boleh merubah status politik
Indonesia. Sejak semalam tentara Jepang semata-mata merupakan alat sekutu.”
Soekarno : “Baiklah, kami akan berusaha sendiri.”
Nishimura : “Hai,
Sayounara.”
Narasi : rombongan Soekarno segera kembali ke rumah
Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1.
Seokarno : “Apakah kau bersedia, merumuskan kemerdekaan dirumah mu?”
Laksamana Maeda : “Ya, saya
bersedia bung.”
Di tempat itulah, pemimpin bangsa Indonesia berunding dan
merumuskan naskah/teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Peristiwa itu
berlangsung tanpa Laksamana Maeda, tetapi Miyoshi sebagai kepercayaan Nishimura
bersama Sukarni, Wahidin Soediro, Ki Hajar Dewantara Abikusno dan B. M. Diah
menyaksikan Soekarno, Hatta dan Ahmad Soebarjo membahas proklamasi.
Soekarno : “Baiklah, kita mulai. Saya bertugas sebagai pencatat.
Bagaimana bunyi rancangan pada draf pembukaan UUD?”
Ahmad Soebarjo : “Kami bangsa Indonesia dengan ini
menyatakan kemerdekaan Indonesia.”
Moh. Hatta : “Saya mempunyai usulan. Pada paragraph dua yaitu Hal-hal yang
mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama
dan dalam tempoh yang sesingkat-singkatnya.”
Soekarno : “Djakarta, 17-8-45. Wakil-wakil bangsa Indonesia.”
Narasi pukul 04.00 dini hari pada tanggal 17 agustus 1945. Telah disepakati
bahwa yang menandatangai hanya dua orang saja yaitu Soekarno dan Moh. Hatta.
Soekarno : “Sayuti Melik. Silahkan ketik naskah ini, jagalah
baik-baik.”
Sayuti Melik : “Baliklah bung.” (sedang mengetik)
Soekarno : “Untuk pengibaran bendera, saya tunjuk
Trimurti. Setujukah Tri?”
Trimurti : “kalau boleh saya
usul, sebaikya pengerek dari kalangan prajurit yaitu Latief & Soehoed.”
Soekarno : “Ya, usulanmu diterima. Bagaimana, Latief?
Soehoed? Siap menjalankan tugas?”
Latief & Soehoed : “Siap, Bung!”
Soekarno :
“Diah, bisakah kau memperbanyak teks proklamasi dan menyebarluaskan.”
B.M. Diah :
“Baik, bung.”
PELAKSANAAN
PROKLAMASI KEMERDEKAAN
Menjelang
pukul 10.00 WIB hampir semua tokoh – tokoh pejuang telah hadir di Pegangsaan
Timur No. 56. Para pemuda yang telah menunggu sejak pagi hari sudah tidak sabar
lagi. Mereka mendesak dr. Muwardi untuk mengingatkan Soekarno bahwa hari sudah
siang.
Dr. Muwardi :
“Pak Soekarno, hari sudah semakin siang. Kenapa pembacaan proklamasi tidak
segera dilakukan? Bukankah lebih cepat lebih baik.”
Ir. Soekarno :
“Karena Hatta belum datang. Pembacaan proklamasi akan dibacakan kalau Hatta
sudah datang.”
Abikusno :
“Tapi Pak, orang – orang sudah tidak sabar lagi untuk menyaksikan pembacaan
proklamasi.”
Dr. Buntaran :
“Benar, pak. Kita harus segera mungkin membacakan proklamasi.”
Ir. Soekarno :
“Saya tidak akan membacakan proklamasi kalau Hatta tidak ada!”
Ki Hajar Dewantara
: “(Serentak dari luar ruangan): “Bung Hatta datang!”
(Saat terjadi perdebatan sengit, Drs. Moh. Hatta datang
dengan berpakaian putih – putih. Hatta datang lima menit sebelum acara
dimulai. Bung Hatta langsung menemui Soekarno di kamarnya.)
Ir.
Soekarno
: “Hatta! Akhirnya kau datang juga!”
Drs. Moh Hatta :
“Soekarno, maaf saya telah membuat kalian semua menunggu.”
Ir.
Soekarno
: “Tidak apa – apa. Kau datang lima menit sebelum acara dimulai.”
Drs. Moh. Hatta :
“Kalau begitu, mari kita mulai pembacaan proklamasinya.”
Ir.
Soekarno
: “Mari.”
Narasi Sesuai dengan acara yang telah ditetapkan, di bulan puasa tepatnya hari
jumat tanggal 17 Agustus 1945 10:00 WIB Ir. Soekarno
didampingi Moh. Hatta membacakan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Soekarno :
"Bismillahirahmannirahim, saya akan membacakan proklamasi kemerdekaan
indonesia "
(membacakan)
PROKLAMASI
Kami
bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan bangsa Indonesia. Hal-hal
yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan cara
saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya
Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun 05
“Atas nama bangsa Indonesia”
Rakyat
: "yeey.. Merdeka wuhuyyy"
(Pengibaran bendera merah putih oleh Suhud, Trimurti dan Latif )
(Indonesia menyanyikan lagu 'indonesia raya' yang dibuat
oleh bapak w.r.supratman)
Rakyat
: "yeyy merdeka"
Soekarno :
"Ini dia kata sambutan dari bapak suwiryo, selaku wakil wali kota
jakarta"
Ir.soekarno bertukar posisi dengan pak suwiryo.
Suwiryo
: "Assalamualaikum wr.wb. Dan selamat siang, kata sambutan saya ingin
sekedar berterimakasih kepada bung karno, dan bung hatta karena sudah bersusah
payah untuk sampai sejauh ini, dan juga ucapan terimakasih kepada para pemuda
yang sangat berantusias untuk segera merdeka, terimakasih banyak untuk kalian
semua, rakyat Indonesia. Merdeka!".
Soekarno :
"Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 agustus 1945 merupakan puncak
perjuangan bangsa indonesia. Dengan kemerdekaan berarti bangsa indonesia sudah
mendapatkan kebebsasan, bebas dari segala bentuk penindasan dan penguasaan
bangsa lain dan bebas menentukan nasib sendiri, kemerdekaan adalah jembatan
emas menuju masyarakat adil dan makmur. Para pejuang akan muncul tantangan baru
untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan dengan berbagai kegiatan
pembangunan".
Setelah selesai
upacara, Sayuti Melik membuang naskah asli yang merupakan konsep awal. Namun
insting wartawan seorang B.M Diah tergerak. Diah memungutnya lalu mengamankan
dalam sakunya.”
B.M Diah :
“Mengapa kau membuang naskah proklamasi yang asli, Sayuti Melik?”
Sayuti Melik : “Aku
pikir ada pengganti naskah ketikan yang sudah ditanda tangani.”
B.M Diah : “ini
adalah sejarah, maka aku akan menyimpannya.”
Sayuti Melik :
“Baiklah, aku percayakan kepadamu.”
Narasi Dan akhir nya Indonesia merdeka. Usai upacara, mereka
meninggalkan tempat bersejarah itu. Dengan demikian, selesailah upacara singkat
yang berlangsung selama sekitar satu jam.
Baca juga https://dewirima6.blogspot.com/2018/02/naskah-drama-tentang-kerajaan.html
Baca juga https://dewirima6.blogspot.com/2018/02/naskah-drama-tentang-kerajaan.html