Kedai Kopi Pukul Sebelas Siang
Isi blogger ini berupa serangkaian tulisan puisi, naskah drama, seni, dan hiburan (Games). Semoga blog ini dapat bermanfaat, terimakasih sudah membaca. Kunjungi penulis melalui sosial media ig @dewi.rima11
Wednesday, 2 October 2024
Cara nulis mendapatkan uang bagian 2 melalui AdSense
Assalamu'alaikum. Pembacaku yang budiman, terimakasih telah selalu melihat postinanganku. Semoga artikel, tulisan, tugas dan makalahku dapat membantu kalian semuanya ya.
Kali ini aku akan membahas Google Adense.
Bagi kalian yang sudah lama jadi blogger namun belum menghasilkan uang. Nah, kamu bisa mencoba daftarkan diri ke Adsense.
Caranya mudah banget.
1. Kalian harus mempersiapkan blog yang lebih dari 6 bulan terhitung dalam postingannya.
2. Pastikan tulisan yang diposting berupa teks, hindari kelebihan gambar dan video. Sebab, biasanya Iklan akan memilih blog yang memaparkan teks.
Buat kalian yang belum punya blog bisa klik link ini. https://www.blogger.com/about/?hl=id
3. Setelah, kriteria tersebut terpenuhi, maka langkah yang diambil ialah mendaftarkan blog kalian ke Adsense. klik https://www.google.com/adsense/start/?utm_medium=cpc&utm_source=google&utm_campaign=1001272-adsense-acquisition-apac-id-id-hybrid-bkws&utm_term=%2Badsense%20%2Blogin&utm_content=275826006186&gclid=CjwKCAjwyMfZBRAXEiwA-R3gM3aWbU9h2P360ZMhZBt2PUHnebWL9KozIEcFs_gZoOHsxLfMNKtIihoCEv0QAvD_BwE#/?modal_active=none
4. Klik blogger, lihat menu dalam blog seperti adanya postingan, statistik, komentar, penghasilan, halaman, tata letak, tema dan setelan.
masuk ke https://www.blogger.com/
5. Apabila menu Penghasilan belum anda dapati. Maka yang harus dilakukan adalah:
a. Klik setelah, pilih bahasa dan pemformatan. Kemudian ubah menjadi Ingggris (Inggris Raya) - English (United Kingdom). It's easy, right?
6. Cloase terlebih dahulu, kemudian kembali lagi pada blog anda. Maka menu Penghasilan akan anda lihat.
To be continue...
Maybe, next time we can share again. Thank you very much.
Tunggu tulisanku selanjutnya ya.
JURNAL UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL
UPAYA
MENINGKATKAN KETERAMPILAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA
AUDIO VISUAL
Dewi
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pedidikan
Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas
Majalengka
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya
untuk meningkatkan keterampilan dalam pembelajaran menulis cerpen kelas XI di
Sekolah Menengah Atas melalui penggunaan media audio-visual. Hal ini dikaitkan
dengan keterampilan menulis tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran Bahasa
Indonesia. Tidak heran jika keterampilan menulis dianggap sebagai keterampilan
yang kompleks. Cerita pendek merupakan sebuah karya fiksi yang ada dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia yang memuat berupa karangan prosa yang berisi
peritiwa kehidupan manusia melalui pengalaman atau yang dilihatnya. Namun,
masih sedikit sekali pendidik menggunakan media audio-visual sebagai upaya
meningkatkan inovasi dan aspirasi dalam pembelajaran. Penelitian ini
menggunakan metode desktiptif kualitatif dengan menggunakan teknik catat simak.
Selain itu, penulis menggunakan jurnal dan buku-buku terkait sebagai bahan penelitian.
Kata
Kunci : Keterampilan, Pembelajaran, Menulis, Cerpen, dan Audio Visual.
PENDAHULUAN
Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat
aspek keterampilan berbahasa yang dikembangkan dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia selain keterampilan menyimak, keterampilan berbicara dan
keterampiilan membaca.
Menulis merupakan proses kreatif dalam menuangkan gasasan
yang bertujuan memberitahu, menyakinkan dan menghibur. Sesuai dengan pendapat
yang diuangkapkan oleh Kusmana (2014: viii) bahwa kreativtas menulis dapat
dikembangkan melalui tahapan sederhana, yakni dari mengamati, menanya, menalar,
dan mencoba. Jika peserta didik ingin mengembangkan kreativitas menulis maka
dapat menempuhnya melalui langkah mengamati tulisan dengan cermat atas karya
tulis hasil kreativitas yang sudah ada, dan membandingkan satu dengan yang
lain.
Media audio-visual mampu mempermudah interaksi antara
pendidik dengan peserta didik sehingga pembelajaran lebih efektif dan efisien.
Media audio-visual dapat digunakan sebagai salah satu media pembelajaran. Dalam
hal ini, media pembelajaran tidak hanya berupa gambar, akan tetapi membentuk
pesan yang disampaikan dalam cerpen tersebut. Berdasarkan dengan kurikulum 2013
yang mendasarkan pembelajaran berbasis teks, penerapan media pembelajaran
menulis audio visual inilah sarana penyampaiannya.
Namun, permasalahan di lapangan, pembelajaran cerpen
sulit dilaksanakn oleh pendidik dikarenakan belum memadainya kemampuan dalam
hal pengetahuan cara mengajarkan. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa
kemampuan minat peserta didik juga dapat menjadi pemicu penghambatnya
pembelajara ini.
METODE
Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode yang digunakan ialah
deskriptif. Penelitian ini berfokus pada pemaparan uraian deskriptif kata atau
kalimat yang disusun secara sistematis. Pengumpulan data dan informasi
dilakukan dengan studi pustaka. Metode deskriptif ini digunakan untuk
memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan data, menyusun, mengklarifikasi,
kemudian menginterpretasikannya. Selain itu, sebagai penunjang penelitan ini
penulis melengkapinya dengan buku-buku teori dan penelitian mengenai hal terkait.
PEMBAHASAN
Menurut penelitian McRobert dalam Kusmana (2014: 16)
proses lahirnya tulisan sebagai sebuah hasil berpikir. Ia menyatakan bahwa
menulis adalah berpikir dan menulis melibatkan kreativitas mengetahui apa pesan
yang ingin disampaikan, siapa penerima pesan itu, dan bagaimana cara menyusun
gagasan agar komunikasi yang dilakukan jelas. Sementara itu, menurut O’Shea
(2000: 6) bahwa tulisan yang baik itu cermat dalam penggunaan kata-kata,
terbebas dari kata bermakna ganda (ambigu), mengungkapkan gagasan objektif,
ekonomis dalam mengekspresikan gagasan dan memperhatikan pembaca.
Hakikat menulis menerapkan keterampilan berbahasa yang
dimiliki peranan penting dalam kehidupan. Yudhibrata (1997: 21) menyatakan
bahwa menulis adalah mengekspresikan gagasan, perasaan, pengalaman dengan
menggunakan bahasa lisan menjad bahasa tulisan yang mudah dipahami oleh pembaca
sesuai dengan tulisan yang telah diberikan penulis.
Tarigan (1993: 21) menyatakan bahwa menulis adalah
menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu
bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca
lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran
grafik tersebut.
Gagne menyatakan bahwa menulis sebagai kegiatan tertinggi
karena keterampilan menulis merupakan keterampilan kognitif (memahami,
mengetahui, mempersepsi) yang kompleks yang menghendaki strategi kognitif yang
tepat, keterampilan intelektual, informasi verbal dan motivasi yang tepat.
Demikianlah menulis dikatakan sebagai suatu proses yang kompleks karena selain
peserta didik harus memiliki kemampuan imajinasi yang tinggi, pembendaharaan
kata yang luas, pemahaman tentang pemakaian tanda baca, peserta didik harus
menguasai ilmu linguistik umum (fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik.
Menulis memiliki peran yang sangat penting dalam
kehidupan bermasyarakat. Bukan sekadar pendokrak popularitas, namun menulis
merupakan sarana bagi masyarakat untuk saling mengingatkan bagi masyarakat
untuk saling mengigatkan satu sama lain. Sebab dalam tulisan penulis
menyisipkan pesan moral, maupun pengetahuan dibagi kepada para pembaca.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat ditarik
bahwa menulis merupakan kegiatan penyampaian pesan tidak langsung dalam bentuk
tulisan atau simbol-simbol dan dapat dipahami oleh pembaca.
Menulis cerita pendek merupakan bagian dari prosa,
sedangkan yang termasuk prosa selain cerita pendek adalah roman. Definisi
menurut Badudu, (1984: 52) mengemukakan bahwa cerpen atau cerita pendek adalah sejenis cerita yang krisis pergolakan
perubahan pelakunya. Sedangkan, menurut Ambari (1967: 61) cerpen adalah cerita
yang menyatakan peristiwa dan seluruh kehidupan yang luas tentang pelakunya.
Lebih jelasnya menurut Rusyana (1992: 3)
menjelaskan bahwa cerpen adalah karangan kisah terjadinya suatu
peristiwa baik peristiwa kenyataan maupun peristiwa rekaan.
Penelitian lain dalam tulisan jurnal ilmiah oleh Aeni dan
Riana (2018) menyatakan bahwa menulis itu suatu proses. Proses menulis setiap
orang itu berbeda-beda bergantung pada metode yang digunakan. Maka, dapat
disimpulkan bahwa menulis merupakan alat sebagai menyampaikan pesan dalam
tulisan yang dapat berupa hasil dari pemikiran, pengalaman, pribadi maupun
orang lain dengan satu tema dan melibatkan tokoh, alur maupun amanat.
Tujuan dari belajar bukan semata-mata berorientasi pada
penguasaan materi dengan menghafal fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk
informasi atau materi pelajaran. Lebih jauh daripada itu, orientasi
sesungguhnya dari proses belajar adalah memberikan pengalaman untuk jangka
panjang. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi
siswa. Proses pembelajaran yang berlangsung secara alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa belajar dan mengalami, buka transfer pengalaman dari guru ke
siswa (Yonny, 2011: 59).
Pembelajaran menulis cerpen inilah yang mesti diasah
untuk keterampilan peserta didik,. Keterampilan ini dituntut seseorang untuk
menuangkan ide, gagasan, pikiran dan perasaan untuk menjadi buah karya sehingga
orang lain dapat memahami karya tersebut. Harus diakui bahwa pengajaran sastra
terutama menulis keteampilan cerita pendek masih kurang menarik bagi siswa.
Penyebab kurangnya ialah guru yang kurang memotivasi peserta didik, kurang
akrabnya guru dengan peserta didik, sehingga masih kurangnya antusias dalam
nulis sastra seperti menulis cerita pendek.
Maka, permasalahan dalam hal ini menjadi inovasi baru
berupa penggunaan media audio visual. Media yang digunakan merupakan perpaduan
antara audio dan visual yang dapat membantu pendidik dalam melakukan proses
pembelajaran, selain itu proses belajar dan belajar mengajar lebih menarik dan
bervariasi karena mampu menggugah perasaan dan pikiran peserta didik agar
termotivasi. Penggunaan audio visual sebagai media pembelajaran cerpen dapat
meningkatkan keterampilan peserta didik dehingga kompetensi ini dapat
benar-benar peserta didik kuasai.
Media yang dipilih dalam meningkatkan keterampilan
menulis cerpen ini adalah audio visual. Alasan dipilihnya media ini karena
sifatnya, media audio visual dapat menjadikan pembelajaran lebih menarik dan
membantu guru memberikan pusat perhatian bagi peserta didik. Penggunaan media
yang menarik akan memberikan semangat belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat
Arsyad (2013: 5) yang menyatakan bahwa salah satu manfaat media pembelajaran
adalah pengajaran menjadi lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar.
Selaras dengan pendapat Rusman (2012: 63) menyatakan
bahwa audio visual yaitu media yang merupakan kombinasi audio dan visual bisa
disebut media pandang-dengar. Contoh dari media audio visual adalah program
video/televisi pendidikan, video/televisi instruksional dan program slide suara
(sound slide). Berikut beberapa kelebihan media audio visual dalam pembelajaran
diantaranya adalah (a) dapat melengkapi pengalaman dasar siswa; (b) dapat
menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara
berulang-ulang jika perlu; (c) di samping mendorong dan meningkatkan motivasi,
film dan video menanamkan sikap-sikap dan afektif lainnya; (d) film dan video
yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang pemikiran dan pembahasan
dalam kelompok siswa.
Inovasi model dan media pembelajaran menulis cerpen
banyak dilakukan di sekolah. Menurut penelitian Fithriyani (2019) mengungkapkan
bahwa peserta didik merasa mengikuti pembelajaran menulis cerpen itu sulit dan
tidak menarik, sehingga mereka tidak terlihat aktif dalam mengikutii proses
pembelajaran yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar yang mereka capai.
Usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan itu menggunakan model
dan media media pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan perhatian,
aktivitas dan keterampilan menulis cerpen.
Penggunaan media audio visual diharapkan dapat
membangkitkan perhatian peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran,
karena media audio visual mempunyai kemampuan yang lebih, yaitu mengandalkan
dua indera sekaligus (indera pendengaran dan indera penglihatan). Dengan
kelebihan tersebut, diharapkan bisa membangkitkan motivasi dalam belajar dan
memperjelas materi yang disampaikan. Selain itu, media audio visual, peserta
didik dapat memperoleh informasi yang lebih banyak daripada yang mereka baca.
Dengan begitu, kemampuan peserta didik dapat lebih berkembang, sehingga
diharapkan bisa menghasilkan sebuah cerpen yang menarik untuk dibaca. Hal ini
sejalan dengan pendapat Arsyad (2013: 13) yang memperkirakan bahwa pemerolehan
hasil belajar melalui indera pandang berkisar 75%, melalui indera dengar 13%
dan melalui indera lainnya sekitar 12%.
Sedangkan menurut penelitian Mastini, dkk (2016)
menyatakan berdasarkan hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan kinerja
peserta didik yang meliputi keaktifan siswa, perhatian dan konsentrasi, minat
dan motivasi peserta didik dengan presikat sangat baik sejumlah 1 siswa
(3,12%). Selanjutnya ada 22 siswa (68,75%) yang mendapat predikat baik.
Sedangkan 9 siswa (28,13%) mendapat presikat cukup.
Maka, dapat disimpulkan bahwa tingkat nilai rata-rata
tinggi untuk penggunaan media audio visual, karena hasil yang menentukan telah
digaris besar memiliki pengaruh dalam meningkatkan keterampilan dan motivasi
peserta didik dalam menulis cerpen.
PENUTUP
Bersadarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa penyusunan media
pembelajaran menulis cerpen memiliki metode yang dapat diubah selayaknya
perkembagan era digital saat ini. Hasil dari beberapa penelitian menyatakan
telah mampu memberikan stimulus yang baik untuk peserta didik melalui metode
audio visual, sehingga dapat mejalankan proses belajar mengajar yang lebih
efektif dan efisien.
Meskipun demikian, pemanfaatan pembelajaran menulis cerpen masih terbatas
oleh alat yang digunakan peserta didik, khususnya bagi mereka yang tidak
memiliki elektronik. Oleh karena itu, kajian mendalam mengenai bagaimana
penggunaan metode audio visual sebagai media pembelajaran menulis cerpen masih
diperlukan guna mengoptimalkan pemanfaatan media pembelajaran yang bervariasi
dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Aeni, Eli
Syarifah dan Riana Dwi Lestari. 2018. Penerapan
Metode Mengikat Makna dalam Pembelajaran Menulis Cerpen pada Mahasiswa IKIP Siliwangi
Bandung. Jurnal Semantik – Vol. 7, No. 1
Arsyad, Azhar.
2013. Media Pembelajaran. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Dewi. 2020. Revitalisasi Media Pembelajaran Menulis
Puisi Melalui Penggunaan Media Audio Visual. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan, FKIP UNMA.
Fithriyani,
Izah. 2019. Peningkatan Perhatian,
Aktivitas, dan Keterampilan Menulis Cerpen melalui Model Pembelajaran Berbasis
Masalah dan Media Audio Visual. Jurnal Pendidikan Studi Bahasa dan Sastra
Indonesia – Vol. 8, No. 2
Kusmana, Suherli. 2014. Kreativitas Menulis. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Mastini,dkk.
2016. Peningkatan Keterampilan Menulis
Cerpen melalui Metode Pembelajaran Berbasis Pengalaman dan Media Audiovisual
pada Sekolah Menengah Pertama. Jurnal FKIP UNS – Vol. 1, No.1
Nurhidayati,
dkk. Keterampilan Menulis Cerpen dengan menggunakan Media Audio-Visual. Jurnal
Pendidikan Bahasa Indonesia.
O’Shea, Robert. 2000. Writing
for Pschology. Sydney: Harcourt.
Rachman, Rizki
Nurpiana. 2017. Peningkatan Kemampuan
Menulis Cerpen melalui Penggunaan Media Audiovisual Tayangan Televisi “Cermin
Kehidupan Trans 7. Jurnal Diksatrasia – Vol. 1, No. 1
Rusman. 2016. Model-model Pembelajaran. Jakarta:
Rajawali Pres.
Tarigan, Henry
Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu
Keterampilan Bahasa. Bandung: Angkasa.