Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Wednesday 2 October 2024

JURNAL UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL

 

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL

Dewi

dewirima6@gmail.com

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pedidikan

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Universitas Majalengka

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya untuk meningkatkan keterampilan dalam pembelajaran menulis cerpen kelas XI di Sekolah Menengah Atas melalui penggunaan media audio-visual. Hal ini dikaitkan dengan keterampilan menulis tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran Bahasa Indonesia. Tidak heran jika keterampilan menulis dianggap sebagai keterampilan yang kompleks. Cerita pendek merupakan sebuah karya fiksi yang ada dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang memuat berupa karangan prosa yang berisi peritiwa kehidupan manusia melalui pengalaman atau yang dilihatnya. Namun, masih sedikit sekali pendidik menggunakan media audio-visual sebagai upaya meningkatkan inovasi dan aspirasi dalam pembelajaran. Penelitian ini menggunakan metode desktiptif kualitatif dengan menggunakan teknik catat simak. Selain itu, penulis menggunakan jurnal dan buku-buku terkait sebagai bahan penelitian.

Kata Kunci : Keterampilan, Pembelajaran, Menulis, Cerpen, dan Audio Visual.

 

 

PENDAHULUAN

Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa yang dikembangkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia selain keterampilan menyimak, keterampilan berbicara dan keterampiilan membaca.

Menulis merupakan proses kreatif dalam menuangkan gasasan yang bertujuan memberitahu, menyakinkan dan menghibur. Sesuai dengan pendapat yang diuangkapkan oleh Kusmana (2014: viii) bahwa kreativtas menulis dapat dikembangkan melalui tahapan sederhana, yakni dari mengamati, menanya, menalar, dan mencoba. Jika peserta didik ingin mengembangkan kreativitas menulis maka dapat menempuhnya melalui langkah mengamati tulisan dengan cermat atas karya tulis hasil kreativitas yang sudah ada, dan membandingkan satu dengan yang lain.

Media audio-visual mampu mempermudah interaksi antara pendidik dengan peserta didik sehingga pembelajaran lebih efektif dan efisien. Media audio-visual dapat digunakan sebagai salah satu media pembelajaran. Dalam hal ini, media pembelajaran tidak hanya berupa gambar, akan tetapi membentuk pesan yang disampaikan dalam cerpen tersebut. Berdasarkan dengan kurikulum 2013 yang mendasarkan pembelajaran berbasis teks, penerapan media pembelajaran menulis audio visual inilah sarana penyampaiannya.

Namun, permasalahan di lapangan, pembelajaran cerpen sulit dilaksanakn oleh pendidik dikarenakan belum memadainya kemampuan dalam hal pengetahuan cara mengajarkan. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa kemampuan minat peserta didik juga dapat menjadi pemicu penghambatnya pembelajara ini.

METODE

            Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode yang digunakan ialah deskriptif. Penelitian ini berfokus pada pemaparan uraian deskriptif kata atau kalimat yang disusun secara sistematis. Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan studi pustaka. Metode deskriptif ini digunakan untuk memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan data, menyusun, mengklarifikasi, kemudian menginterpretasikannya. Selain itu, sebagai penunjang penelitan ini penulis melengkapinya dengan buku-buku teori dan penelitian mengenai hal terkait.

PEMBAHASAN

Menurut penelitian McRobert dalam Kusmana (2014: 16) proses lahirnya tulisan sebagai sebuah hasil berpikir. Ia menyatakan bahwa menulis adalah berpikir dan menulis melibatkan kreativitas mengetahui apa pesan yang ingin disampaikan, siapa penerima pesan itu, dan bagaimana cara menyusun gagasan agar komunikasi yang dilakukan jelas. Sementara itu, menurut O’Shea (2000: 6) bahwa tulisan yang baik itu cermat dalam penggunaan kata-kata, terbebas dari kata bermakna ganda (ambigu), mengungkapkan gagasan objektif, ekonomis dalam mengekspresikan gagasan dan memperhatikan pembaca.

Hakikat menulis menerapkan keterampilan berbahasa yang dimiliki peranan penting dalam kehidupan. Yudhibrata (1997: 21) menyatakan bahwa menulis adalah mengekspresikan gagasan, perasaan, pengalaman dengan menggunakan bahasa lisan menjad bahasa tulisan yang mudah dipahami oleh pembaca sesuai dengan tulisan yang telah diberikan penulis.

Tarigan (1993: 21) menyatakan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut.

Gagne menyatakan bahwa menulis sebagai kegiatan tertinggi karena keterampilan menulis merupakan keterampilan kognitif (memahami, mengetahui, mempersepsi) yang kompleks yang menghendaki strategi kognitif yang tepat, keterampilan intelektual, informasi verbal dan motivasi yang tepat. Demikianlah menulis dikatakan sebagai suatu proses yang kompleks karena selain peserta didik harus memiliki kemampuan imajinasi yang tinggi, pembendaharaan kata yang luas, pemahaman tentang pemakaian tanda baca, peserta didik harus menguasai ilmu linguistik umum (fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik.

Menulis memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Bukan sekadar pendokrak popularitas, namun menulis merupakan sarana bagi masyarakat untuk saling mengingatkan bagi masyarakat untuk saling mengigatkan satu sama lain. Sebab dalam tulisan penulis menyisipkan pesan moral, maupun pengetahuan dibagi kepada para pembaca.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat ditarik bahwa menulis merupakan kegiatan penyampaian pesan tidak langsung dalam bentuk tulisan atau simbol-simbol dan dapat dipahami oleh pembaca.

Menulis cerita pendek merupakan bagian dari prosa, sedangkan yang termasuk prosa selain cerita pendek adalah roman. Definisi menurut Badudu, (1984: 52) mengemukakan bahwa cerpen atau cerita pendek  adalah sejenis cerita yang krisis pergolakan perubahan pelakunya. Sedangkan, menurut Ambari (1967: 61) cerpen adalah cerita yang menyatakan peristiwa dan seluruh kehidupan yang luas tentang pelakunya. Lebih jelasnya menurut Rusyana (1992: 3)  menjelaskan bahwa cerpen adalah karangan kisah terjadinya suatu peristiwa baik peristiwa kenyataan maupun peristiwa rekaan.

Penelitian lain dalam tulisan jurnal ilmiah oleh Aeni dan Riana (2018) menyatakan bahwa menulis itu suatu proses. Proses menulis setiap orang itu berbeda-beda bergantung pada metode yang digunakan. Maka, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan alat sebagai menyampaikan pesan dalam tulisan yang dapat berupa hasil dari pemikiran, pengalaman, pribadi maupun orang lain dengan satu tema dan melibatkan tokoh, alur maupun amanat.

Tujuan dari belajar bukan semata-mata berorientasi pada penguasaan materi dengan menghafal fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Lebih jauh daripada itu, orientasi sesungguhnya dari proses belajar adalah memberikan pengalaman untuk jangka panjang. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran yang berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa belajar dan mengalami, buka transfer pengalaman dari guru ke siswa (Yonny, 2011: 59).

Pembelajaran menulis cerpen inilah yang mesti diasah untuk keterampilan peserta didik,. Keterampilan ini dituntut seseorang untuk menuangkan ide, gagasan, pikiran dan perasaan untuk menjadi buah karya sehingga orang lain dapat memahami karya tersebut. Harus diakui bahwa pengajaran sastra terutama menulis keteampilan cerita pendek masih kurang menarik bagi siswa. Penyebab kurangnya ialah guru yang kurang memotivasi peserta didik, kurang akrabnya guru dengan peserta didik, sehingga masih kurangnya antusias dalam nulis sastra seperti menulis cerita pendek.

Maka, permasalahan dalam hal ini menjadi inovasi baru berupa penggunaan media audio visual. Media yang digunakan merupakan perpaduan antara audio dan visual yang dapat membantu pendidik dalam melakukan proses pembelajaran, selain itu proses belajar dan belajar mengajar lebih menarik dan bervariasi karena mampu menggugah perasaan dan pikiran peserta didik agar termotivasi. Penggunaan audio visual sebagai media pembelajaran cerpen dapat meningkatkan keterampilan peserta didik dehingga kompetensi ini dapat benar-benar peserta didik kuasai.

Media yang dipilih dalam meningkatkan keterampilan menulis cerpen ini adalah audio visual. Alasan dipilihnya media ini karena sifatnya, media audio visual dapat menjadikan pembelajaran lebih menarik dan membantu guru memberikan pusat perhatian bagi peserta didik. Penggunaan media yang menarik akan memberikan semangat belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Arsyad (2013: 5) yang menyatakan bahwa salah satu manfaat media pembelajaran adalah pengajaran menjadi lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar.

Selaras dengan pendapat Rusman (2012: 63) menyatakan bahwa audio visual yaitu media yang merupakan kombinasi audio dan visual bisa disebut media pandang-dengar. Contoh dari media audio visual adalah program video/televisi pendidikan, video/televisi instruksional dan program slide suara (sound slide). Berikut beberapa kelebihan media audio visual dalam pembelajaran diantaranya adalah (a) dapat melengkapi pengalaman dasar siswa; (b) dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang jika perlu; (c) di samping mendorong dan meningkatkan motivasi, film dan video menanamkan sikap-sikap dan afektif lainnya; (d) film dan video yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa.

Inovasi model dan media pembelajaran menulis cerpen banyak dilakukan di sekolah. Menurut penelitian Fithriyani (2019) mengungkapkan bahwa peserta didik merasa mengikuti pembelajaran menulis cerpen itu sulit dan tidak menarik, sehingga mereka tidak terlihat aktif dalam mengikutii proses pembelajaran yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar yang mereka capai. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan itu menggunakan model dan media media pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan perhatian, aktivitas dan keterampilan menulis cerpen.

Penggunaan media audio visual diharapkan dapat membangkitkan perhatian peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran, karena media audio visual mempunyai kemampuan yang lebih, yaitu mengandalkan dua indera sekaligus (indera pendengaran dan indera penglihatan). Dengan kelebihan tersebut, diharapkan bisa membangkitkan motivasi dalam belajar dan memperjelas materi yang disampaikan. Selain itu, media audio visual, peserta didik dapat memperoleh informasi yang lebih banyak daripada yang mereka baca. Dengan begitu, kemampuan peserta didik dapat lebih berkembang, sehingga diharapkan bisa menghasilkan sebuah cerpen yang menarik untuk dibaca. Hal ini sejalan dengan pendapat Arsyad (2013: 13) yang memperkirakan bahwa pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang berkisar 75%, melalui indera dengar 13% dan melalui indera lainnya sekitar 12%.

Sedangkan menurut penelitian Mastini, dkk (2016) menyatakan berdasarkan hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan kinerja peserta didik yang meliputi keaktifan siswa, perhatian dan konsentrasi, minat dan motivasi peserta didik dengan presikat sangat baik sejumlah 1 siswa (3,12%). Selanjutnya ada 22 siswa (68,75%) yang mendapat predikat baik. Sedangkan 9 siswa (28,13%) mendapat presikat cukup.

Maka, dapat disimpulkan bahwa tingkat nilai rata-rata tinggi untuk penggunaan media audio visual, karena hasil yang menentukan telah digaris besar memiliki pengaruh dalam meningkatkan keterampilan dan motivasi peserta didik dalam menulis cerpen.

PENUTUP

Bersadarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa penyusunan media pembelajaran menulis cerpen memiliki metode yang dapat diubah selayaknya perkembagan era digital saat ini. Hasil dari beberapa penelitian menyatakan telah mampu memberikan stimulus yang baik untuk peserta didik melalui metode audio visual, sehingga dapat mejalankan proses belajar mengajar yang lebih efektif dan efisien.

Meskipun demikian, pemanfaatan pembelajaran menulis cerpen masih terbatas oleh alat yang digunakan peserta didik, khususnya bagi mereka yang tidak memiliki elektronik. Oleh karena itu, kajian mendalam mengenai bagaimana penggunaan metode audio visual sebagai media pembelajaran menulis cerpen masih diperlukan guna mengoptimalkan pemanfaatan media pembelajaran yang bervariasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Aeni, Eli Syarifah dan Riana Dwi Lestari. 2018. Penerapan Metode Mengikat Makna dalam Pembelajaran Menulis Cerpen pada Mahasiswa IKIP Siliwangi Bandung. Jurnal Semantik – Vol. 7, No. 1

Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Dewi. 2020. Revitalisasi Media Pembelajaran Menulis Puisi Melalui Penggunaan Media Audio Visual. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA.

Fithriyani, Izah. 2019. Peningkatan Perhatian, Aktivitas, dan Keterampilan Menulis Cerpen melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Media Audio Visual. Jurnal Pendidikan Studi Bahasa dan Sastra Indonesia – Vol. 8, No. 2

Kusmana, Suherli. 2014. Kreativitas Menulis. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Mastini,dkk. 2016. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen melalui Metode Pembelajaran Berbasis Pengalaman dan Media Audiovisual pada Sekolah Menengah Pertama. Jurnal FKIP UNS – Vol. 1, No.1

Nurhidayati, dkk. Keterampilan Menulis Cerpen dengan menggunakan Media Audio-Visual. Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia.

O’Shea, Robert. 2000. Writing for Pschology. Sydney: Harcourt.

Rachman, Rizki Nurpiana. 2017. Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen melalui Penggunaan Media Audiovisual Tayangan Televisi “Cermin Kehidupan Trans 7. Jurnal Diksatrasia – Vol. 1, No. 1

Rusman. 2016. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pres.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Bahasa. Bandung: Angkasa.

No comments:

Post a Comment