Novel Asa-Asa Kering
Karya Ari Keling
Judul : Asa-Asa Kering
Penulis : Ari Keling
Penerbit : Penerbit ANDI
Tahun Penerbit : 2014
Jumlah Halaman : 158
Cerita ini ditarik oleh pengalaman seorang lelaki yang
bernama Ardi, menurut pemahamanku pada novel ini telah berhasil membawa suasana
haru, terpendam dalam bom waktu yang tetap saja terus berlalu. Seorang Ardi
yang mencintai Nadia namun cintanya harus rela bertepuk sebelah tangan karena
Nadia yang sangat tergila-gila dengan lelaki berkacamata Rizal. Akan tetapi
Rizal yang masih sayang akan pacarnya Reika.
Berawal saling menjaga perasaan satu sama lain, Ardi
sebagai sahabat Nadia penuh dengan kesabaran meladeni curhatan Nadia mengenai
Rizal. Hatinya terkadang pilu ketika mendengar betapa ia mencintai sahabatnya
sendiri. Keempat tokoh utama persahabatan ini mulai mengenal satu sama lain
dengan berlibur bersama di beberapa objek wisata.
Cinta salah sudah terlanjur ditanamkan dalam diri Nadia,
begitupun tokoh Ardi yang masih saja memendam rasa kasihnya yang tidak pernah
terbalaskan. Menurut kalian siapa yang lebih kejam? Antara Ardi atau Nadia.
Sebetulnya aku tidak memihak pada keduanya, karena cinta tidak akan pernah
disalahkan dan tak bisa diberi alasan. Kau cukup memberi bukan diberi hingga
tersadar jika ia bahagia, maka hatimupun akan bahagia. Dan itulah yang kukagumi
dari sosok Ardi.
Perjuangkan atau ikhlaskan? Ardi memilih tetap mengagumi
dari jarak jauh, hempasan tembakau yang sudah candu membuatnya semakin tegar
menghadapi perjalanan percintaannya. Ardi pun merasa saatnya untuk
mengungkapkan perasaan yang sebenarnya dikala hanya mereka berdua. Akan tetapi,
Nadia menolak karena cintanya yang terlanjur pada Rizal.
Hingga pada klimaks, Nadia merelakan menjadi kekasih
kedua Rizal. Petaka inipun terjadi, mengingat Reika yang tidak terima dengan
keadaan ia memilih pergi kerumah orangtuanya di Surabaya. Persahabatan yang
mulai goyah akan cinta.
Ada puisi Rindu Berlalu dari penulis.
Kita
satu atap,
tapi
tidak saling menatap.
Kita
menghela udara yang sama,
namun
tak saling menyapa.
Kita
tahu kita sama-sama rindu,
entah
menhapa kita memilih berlalu.
Cinta bersemi diantara Nadia dan Ardi, mereka saling
membangun satu sama lain dengan stasus di facebook berpacaran. Bagaikan petir
di siang bolong tanpa kabut, hati Ardi pecah berkeping. Aku menjadi stalker Nadia, dan ada satu statunya
yakni “Aku rindu sahabatku.” Dan pada akhirnya rindu itu tak terbalaskan karena
yang datang hanyalah Rizal yang membawa surat undangan pernikahan mereka. Ardi
pilu, tanpa arah menyesali cintanya yang tak pernah terbalaskan.
Puisi Asa-Asa Kering
Aku tengah tengadah,
sembari menikmati hatiku yang patah.
Harapan ini semakin terbelah,
mungkin detik ini waktu yang tepat untuk menyerah.
Kututup hati sampai waktu yang tidak ditentukan.
Tak perlu menunggu kabar kalian,
terpenuhi sudah undangan pernikahan.
Ahh.. tak penting
Kalian sudah bersanding
Asa-asaku mulai mengering.
Bekasi, 20 November 2011.
Kertas putih pada catatan terakhir banyak dialui oleh
Ardi yang terserang penyakit bronkritis kronis akibat kecanduan oleh rokok.
Hari demi hari semakin pucat dan merengkuh semua organ tubuhnya, dan akhirnya
ia sembuh dengan jalan kematian.
The and.
No comments:
Post a Comment