Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Wednesday, 22 August 2018

Resensi Novel Asa-Asa Kering Karya Ari Keling



Novel Asa-Asa Kering
Karya Ari Keling

Judul : Asa-Asa Kering
Penulis : Ari Keling
Penerbit : Penerbit ANDI
Tahun Penerbit : 2014
Jumlah Halaman : 158

Cerita ini ditarik oleh pengalaman seorang lelaki yang bernama Ardi, menurut pemahamanku pada novel ini telah berhasil membawa suasana haru, terpendam dalam bom waktu yang tetap saja terus berlalu. Seorang Ardi yang mencintai Nadia namun cintanya harus rela bertepuk sebelah tangan karena Nadia yang sangat tergila-gila dengan lelaki berkacamata Rizal. Akan tetapi Rizal yang masih sayang akan pacarnya Reika.
Berawal saling menjaga perasaan satu sama lain, Ardi sebagai sahabat Nadia penuh dengan kesabaran meladeni curhatan Nadia mengenai Rizal. Hatinya terkadang pilu ketika mendengar betapa ia mencintai sahabatnya sendiri. Keempat tokoh utama persahabatan ini mulai mengenal satu sama lain dengan berlibur bersama di beberapa objek wisata.
Cinta salah sudah terlanjur ditanamkan dalam diri Nadia, begitupun tokoh Ardi yang masih saja memendam rasa kasihnya yang tidak pernah terbalaskan. Menurut kalian siapa yang lebih kejam? Antara Ardi atau Nadia. Sebetulnya aku tidak memihak pada keduanya, karena cinta tidak akan pernah disalahkan dan tak bisa diberi alasan. Kau cukup memberi bukan diberi hingga tersadar jika ia bahagia, maka hatimupun akan bahagia. Dan itulah yang kukagumi dari sosok Ardi.
Perjuangkan atau ikhlaskan? Ardi memilih tetap mengagumi dari jarak jauh, hempasan tembakau yang sudah candu membuatnya semakin tegar menghadapi perjalanan percintaannya. Ardi pun merasa saatnya untuk mengungkapkan perasaan yang sebenarnya dikala hanya mereka berdua. Akan tetapi, Nadia menolak karena cintanya yang terlanjur pada Rizal.
Hingga pada klimaks, Nadia merelakan menjadi kekasih kedua Rizal. Petaka inipun terjadi, mengingat Reika yang tidak terima dengan keadaan ia memilih pergi kerumah orangtuanya di Surabaya. Persahabatan yang mulai goyah akan cinta.
Ada puisi Rindu Berlalu dari penulis.

Kita satu atap,
tapi tidak saling menatap.
Kita menghela udara yang sama,
namun tak saling menyapa.
Kita tahu kita sama-sama rindu,
entah menhapa kita memilih berlalu.

Cinta bersemi diantara Nadia dan Ardi, mereka saling membangun satu sama lain dengan stasus di facebook berpacaran. Bagaikan petir di siang bolong tanpa kabut, hati Ardi pecah berkeping. Aku menjadi stalker Nadia, dan ada satu statunya yakni “Aku rindu sahabatku.” Dan pada akhirnya rindu itu tak terbalaskan karena yang datang hanyalah Rizal yang membawa surat undangan pernikahan mereka. Ardi pilu, tanpa arah menyesali cintanya yang tak pernah terbalaskan.
Puisi Asa-Asa Kering

Aku tengah tengadah,
sembari menikmati hatiku yang patah.
Harapan ini semakin terbelah,
mungkin detik ini waktu yang tepat untuk menyerah.

Kututup hati sampai waktu yang tidak ditentukan.
Tak perlu menunggu kabar kalian,
terpenuhi sudah undangan pernikahan.

Ahh.. tak penting
Kalian sudah bersanding
Asa-asaku mulai mengering.

Bekasi, 20 November 2011.
Kertas putih pada catatan terakhir banyak dialui oleh Ardi yang terserang penyakit bronkritis kronis akibat kecanduan oleh rokok. Hari demi hari semakin pucat dan merengkuh semua organ tubuhnya, dan akhirnya ia sembuh dengan jalan kematian. 

The and.

No comments:

Post a Comment