Cerpen ini merupakan ajang lomba SMP se-majalengka, ia seorang anak didik yang masih duduk di kelas menengah. Karya ini saya tulis supaya diabadikan didalam blog. Selamat membaca dan menikmatinya sedari meminum kopi ataupun menyantap cemilan yang disukai. :)
Judul: Si
Kecil Mematikan
Oleh: Dea Nur Fitriyah
Suasana pagi ini tampaknya mulai sepi, kegiatan-kegiatan
banyak yang diberhentikan. Ya, sejak munculnya virus corona atau disebut
Covid-19 berbagai daerah pelosok negeri mulai menerapkan peraturan untuk
melakukan kegiatan dirumah saja.
Banyak kegiatan-kegiatan yang diliburkan, baik anak
sekolahan, anak pondok maupun pekerja. Termasuk orang-orang yang sedang
menuntut ilmu diluar kota atau anak pesantren, itu juga dipulangkan ke rumahnya
masing-masing. Karena adanya Covid-19 yang semakin menjadi-jadi.
Keesokan harinya di sekolah, lorong jalanan masih belum
ada siapapun pandangan lurus di depan terdapat bangunan asrama. Pak Widy menjemput anaknya ke luar kota yang
sedang mondok disana. Sesampainya ia disana tidak langsung bertemu dengan
anaknya karena persyaratan untuk masuk ke pondoknya harus memakai masker,
membawa hand sanitizer, dan melakukan
tes rapid antigen terlebih dahulu.
“Alhamdulillah saya negatif.” Ucap Pak Widy yang girang
karena dapat menjemput anaknya.
Beberapa menit datanglah Nazhira begitulah nama dari anak
Pak Widy, ia menghampiri Pak Widy dengan wajah senang. Karena sudah lama tak
berjumpa dengan ayahnya.
“Nazhira, ayo kita pulang ibumu sudah menunggu di rumah.”
Ucap Pak Widy.
“Ayo pak kita pulang. Aku sudah tidak sabar bertemu ibu
di rumah.” Ucap Nazhira yang tak sabar ingin pulang ke rumah.
Sewaktu diperjalanan pulang, Nazhira berbicara kepada
ayahnya.
“Yah udara yang berhembus hari ini terasa lembut
menyentuh kulit. Saat adanya wabah corona mulai mendunia dan kegiatan-kegiatan
banyak yang dihentikan dan aku mendengar berbagai berita mengenai kualitas
udara di dunia semakin membaik. Karena ditengah pandemi atau wabah semua
aktivitas dilakukan secara online.”
Ucap Nazhira kepada ayahnya.
“Tetapi nak, di tengah situasi pandemi ini banyak
anak-anak muda yang bermalas-malasan dan pekerja-pekerja yang diberhentikan
menjadi pengangguran.” Ucap ayahnya yang menjawab pembicaraan anaknya.
“Iya sih kembali kepada diri sendiri dan tergantung niat
kita begitu kan yah.” Ucap anaknya yang menjawab pembicaraan ayahnya.
Sesampainya dirumah ia cepat-cepat turun dari mobil untuk
bergegas menemui ibunya dan memeluknya dengan erat.
“Nak... kamu disana baik-baik aja kan?” Tanya ibunya.
“Alhamdulillah aku disana baik-baik aja bu.” Ucap anaknya
kepada ibunya dengan kondisi muka yang sangat girang karena berjumpa dengan
ibunya.
“Syukurlah, ya udah ayo kita sholat berjamaah. Sehabis
itu kita makan malam, soalnya ibu sudah menyiapkan makan malam dari sore.”
Sehabis sholat magrib, mereka langsung pergi ke meja
makan untuk makan malam.
“Yeay, akhirnya aku bisa makan makanan ibu yang paling
enak.” Ucap anaknya yang memuji masakan ibunya.
“Ahhh... kamu ini bisa aja.” Ucap ibunya menjawab pujian
itu.
Pada hari itu, pembelajaran Nazhira dimulai dengan online
atau melakukan pembelajaran melewati Handphone.
Beberapa jam setelah pembelajaran akhirnya selesai juga
dan Nazhira langsung mendatangi ayah dan ibunya yang sedang di taman belakang
rumah. Nazhira mendatangi ibu dan ayahnya dengan muka yang hilang keceriaan.
“Nak... ada apa denganmu? Tadi pembelajarannya lancar
kan?” Tanya ayah yang khawatir dengan Nazhira yang saat ini sedang lesu.
“Lancar sih yah, cuma Nazhira tidak paham dengan
pembelajaran daring. Aku kira pembelajaran daring itu mudah untuk memahami.
Ternyata tidak mudah untuk dimengerti.” Ucap Nazhira dengan kondisi yang lesu.
“Nyatanya pandemi ini tidak hanya menyusahkan mahasiswa
atau siswi dalam belajar, tetapi sektor ekonomi hingga pendidikan juga ikut
merasakan dampaknya.” Ucap ibunya Nazhira sambil memikirkan bagaimana
kedepannya.
Ayah dan Nazhira hanya bisa terdiam, sambil memikirkan
ide untuk kedepannya lebih baik.
Hari itu, Pak Widy habis dari Balai Desa lalu Pak Widy
mendengar pula celotehan ngawur ketika melewati warung. Walaupun, Pak Widy
sudah melewati warung, Pak Widy memutuskan memutar balikan sepedanya. Karena,
Pak Widy ingin tahu celotehan yang disebutkan tadi oleh Pak Ustman.
Lalu, Pak Widy berhenti karena ingin tahu. Tiba-tiba Pak
Ustman berbicara kepada Pak Widy “Hati-hati loh Pak Widy kalo ke rumah sakit
nanti di Covid-kan!” Ucap Pak Ustman yang menjawab pertanyaan Pak Widy.
Merasa tergelitik mendengar celotehan Pak Ustman, lalu
Pak Widy ingin mencoba meluruskannya. Sambil menahan ketawa, Pak Widy
menjelaskan dengan cara Pak Widy sendiri.
“Jadi, jika Pak Ustman menjaga protokol kesehatan, sudah
di vaksin, menjaga pola makan dengan baik, dan selalu berolahraga. Insya Allah
kita akan baik-baik saja, walaupun kita
ke rumah sakit.”
“Ya sudah Pak Ustman saya mau pamit pulang.”
Ketika mau pamit pulang, tiba-tiba Pak Ustman memberikan
sesuatu. “Eehhh... bentar ini ada ayam geprek buat keluarga bapak engga usah
bayar, saya ikhlas ko.” Ucap Pak Ustman kepada Pak Widy.
“Saya terima Pak Ustman atas pemberian ayam geprek untuk
keluarga saya, terima kasih banyak Pak Ustman. Maaf merepotkan Pak Ustman.”
Ucap Pak Widy yang merasa malu.
“Sama-sama Pak Widy, hati-hati dijalan pak.”
Setibanya dirumah Pak Widy bercerita kepada istri dan
anaknya. Respon anak dan istrinya. “Mungkin Pak Ustman merasa bersalah. Karena sudah
berbicara seperti itu atau mungkin merasa iba mendengar ceritamu.” Ucap ibu dan
anaknya sambil terbahak-bahak.
Waktu libur kian diperpanjang, protokol kesehatan semakin
ketat dan hari bergantian hari waktu libur berubah menjadi untaian untuk
memulai beragam kisah berharga yang tak akan dapat dirasakan dilain hari.
Ide cemerlangpun muncul seketika, Nazhira cepat-cepat
bertemu dengan ibu dan ayahnya untuk mengungkapkan ide cemerlang.
“Ibu, ayah aku tadi barusan mendapatkan ide.” Ucap
Nazhira kepada mereka.
“Wah, apa tuh nak, sepertinya bagus tuh ide mu.” Jawab
seorang ibu yang senang karena anaknya mempunyai ide untuk kebaikan di masa
Covid-19 ini.
Jadi ide yang aku temukan. Gerakan di rumah saja bukan
berarti rebahan untuk bermain game hanya bersantai, dll. Kita dapat mengisi
kekosongan itu dengan menghafal quran, menulis cerpen maupun hal-hal positif
saat di rumah.
No comments:
Post a Comment