Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Wednesday, 4 July 2018

Catatan Kaki dan Bibliografi Dalam Buku Gorys Keraf



CATATAN KAKI DAN BIBLIOGRAFI

A. Catatan Kaki
1. Pengertian
            Catatan kaki adalah keterangan-keterangan atas teks karangan yang ditempatkan pada kaki halaman karangan yang bersangkutan. Bila keterangan semacam itu ditempatkan pada akhir bab atau karangan, maka catatan atau keterangan semacam itu disebut keterangan. Catatan kaki bukan semata-mata merujuk sumber tembat terdapatnya sebuah kutipan, tetapi dapat juga dipakai untuk memberi keterangan-keterangan lainnya terhadap teks. Sebab itu catatan kaki dan bagian dari teks yang akan diberi penjelasan itu terdapat suatu hubungan yang sangat erat.
Hubungan antara catatan kaki dan teks yang itu biasanya dinyatan nomor-nomor penunjukan yang sama, baik yang terdapat dalam teks maupun yang terdapat dalam catatan kaki itu sendiri. Selain dari itu, dapat mempergunakan tanda asterik atau tanda bintang [*] dan tanda salib pada halaman yang bersangkutan.
2. Tujuan
a.       Untuk menyusun pembuktian
Pembuktian itu dapat dibeberkan dalam teks, dapat pula dimasukkan dalam catatan kaki, atau kedua-keduanya. Sebab referensi atau penunjukan dalam catatan kaki itu dimaksudkan untuk menunjukkan tempat atau sumber dimana suatu kebenaran telah dibuktikan oleh orang lain.
b.      Menyatakan utang budi
Sebuah catatan kaki wajib dibuat untuk setiap dalil, pernyataan yang penting  atau bagai setiap kesumpulan yang dipinjam dari pengarang lain, entah kutipan langsung maupun kutipan tak langsung. Dengan menyebut pengarang yang dikutip pendapat itu, sekurang-kurangnya kita telah menyatakan utang budi kita kepadanya.
c.       Menyampaikan keterangan tambahan
Catatan kaki mentampaikan keterangan tambahan untuk memperkuat uraian di luar persoalan atau garis-garis yang diperkenankan oleh laju teks, dapat terbentuk:
1) Menyampaikan inti atau sari sebuah fragmen yang dipinjam
2) Menyampaikan uraian teksnis, keterangan incidental atau materi yang memperjelas teks
3)  Menyampaikan materi-materi penjelas yang kurang penting, seperti perbaikan atau pandangan-pandangan lain yang bertentangan.
d.      Merujuk bagian lain dari teks
Dalam hal ini, penulis misalnya memberi catatan untuk melihat atau memeriksa uraian pada halaman atau bab lain sebelumnya yang akan diuraikan kembali. Begitu pula penunjukan kepada Apendiks atau lampiran harus melalui catatan kaki. Untuk maksud ini sering dijumpai singkatan-singkatan seperti: cf. atau conf. yang berarti membandingkan dengan, ut supra yang berarti seperti diatas, infra yang berarti dibawah, dan sebagainya.
3. Prinsip membuat catatan kaki
            Untuk membuat sebuah catatan kaki, perlu diperhatikan beberapa prinsip berikut:
a. Hubungan  catatan kaki dan teks
            Dapat dinyatakan dengan mempergunakan nomor urut penunjukan baik yang dapat dalam teks maupun yang terdapat pada catatan kaki. Baik nomor penunjuk dalam teks maupun nomor penunjukan pada catatan kaki selalu ditempatkan agak ke atas setengah spasi dari teks.
b. Nomor urut penunjukan
            Pemakaian nomor urut yang berlaku untuk tiap bab atau yang berlaku untuk seluruh karangan, masing-masing mempunyai konsekuensi sendiri-sendiri. Bila nomor urut penunjukan hanya berlaku untuk tiap bab, maka konsekuensi yang pertama ialah tiap bab selalu dimulai dengan nomor urut 1 untuk catatan yang pertama. Namun, sebaliknya apabila nomor penunjukan itu berlaku untuk seluruh karangan, maka penunjukan sumber secara lengkap hanya dipergunakan untuk penyebutan yang pertama kali.
c. Teknik pembuatan catatan kaki
            Untuk sebuah naskah yang diketik, penempatan catatan kaki meminta pula persyaratan-persyaratan teknis tertentu. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:
-         Harus disediakan ruang atau tempat secukupnya pada kaki halamat tersebut sehingga margin bawah tidak boleh lebih sempit dari 3 cm.
-         Sesudah baris terakhir dari teks, dalam jarak 3 spasi harus dibuat sebuah garis dari margin sepanjang 15 ketikan.
-         Dalam jarak dua spasi dari garis itu, dalam jarak 5-7 ketikan dari margin kiri diketik nomor pernunjukkan.
-         Setengah spasi kebawah mulai diketik baris pertama dari catatan kaki.
-         Jarak antar baris dalam catatan kaki adalah spasi baris rapat
-         Baris kedua dari tiap catatan kaki selalu dimulai dari margin kiri.
4. Jenis catatan kaki
a)      Penunjukan sumber (referensi)
Macam catatan kaki yang pertama adalah menunjuk sumber tempat sumber kutipan terdapat. Catatan kaki semacam ini disebut juga sebagai referensi. Referensi itu harus dibuat oleh penulis bila:
1. Mempergunakan sebuah kutipan langsung
2. Mempergunakan sebuah kutipan tak langsung
3. Menjelaskan dengan kata-kata sendiri apa yang telah dibaca
4. Meminjam sebuah tabel, peta atau diagram dari suatu sumber
5. Menyusun sebuah diagram berdasarkan data-data yang diperoleh dari suatu sumber
b)     Catatan Penjelas
Menerangkan dan memberi komentar terhadap suatu pernyataan atau pendapat yang di muat dalam teks. Penjelasan ini harus dibuat dalam catatan kaki, dan tidak dimasukkan dalam teks karena mengganggu jalannya uraian dalam teks itu.
c)      Gabungan Sumber dan Penjelas
Sumber dimana dapat diperoleh bahan-bahan dalam teks dan kedua memberi komentar atau penjelasan seperlunya tentang pendapat atau pernyataan yang dikutip tersebut yang hubungannya dengan sumber itu.
5. Unsur-unsur referensi
a. Pengarang: Nama dalam pengarang dalam catatan kaki dicantumkan sesuai dengan urutan biasa yaitu gelar, nama kecil, nama keluarga. Misalnya: Prof. Dr. Muhammad Thalib.
Apabila terdapat lebih dari satu pengarang, maka cukup dicantumkan nama pertama sedangkan nama-nama lain digantikan dengan singkatan et al (dan lain-lain).
b. Judul: Setelah catatan kaki pertama, maka pada penyebutan kedua dicantumkan judul buku. Misalnya Thalib. Kemakmuran, hal.76.
c. Data Publikasi: Dalam referensi ditempatkan data publikasi berupa tempat penerbit dan tahun terbit dalam tanda kurung dan dipisahkan dengan sebuah koma, misalnya: (Jakarta, 1973).
d. Jilid dan nomor halaman: Jika sebuah buku terdiri dari beberapa jilid, maka dicankumkan nomor jilid dengan singkatan (hal.) Misalnya, MISI, 1 (April, 1963) hal. 47 – 58.
6. Cara membuat catatan kaki
            Cara membuat catatan kaki mempunyai hubungan pula dengan teks pada halaman yang sama, titik-titik berspasi yang mendahului dan mengikuti contoh teks berarti ada lebih dari satu alinea yang dihilangkan sebelum dan sesudah teks yang dikutip tersebut.
a. Referensi kepada buku dengan seorang pengarang
            F. Greabner, Etnologie in die Kultur der Gegenwan (Leipzig, 1923), hal. 544.        
Dengan memperhatikan nama lengkap pengarang dan judul buku dipergunakan tanda koma. Antara judul dan data publikasi tidak ada titik atau koma, tahun penerbit berada didalam kurung.
b. Referensi kepada buku dengan dua atau tiga pengarang
            L. Gottschalk, C. Kluckhohn, R. Angell, The Use of Personal document in History, Antropology and Sociology (New York: Social Science Research Council, 1945), hal. 82 – 173.
Perhatikan nama penerbit dimasukkan, sebab itu antara nama dan tempat dan penerbit diberi titik dua.
c. Referensi kepada buku dengan banyak pengarang
            Alton C. Morris, et al., College English, the first year (New York, 1964), hal. 51 – 56.
Perhatikan hanya nama pengarang pertama yang disebut sedangkan yang lainnya et al dan judul diberi pemisah koma.
d. Kalau edisi berikutnya megalami perubahan
            H. A. Gleason, An Introduction to Descriptive Linguistics (rev. ed.; New York, 1961), hal. 56.
Terdapat keterangan tentang ulang-cetak atau edisi diperbaharui diletakkan didalam kurung. Antara tempat penerbit dan keterangan tentang ulang-cetak diberi tanda pemisah berupa titik koma.
e. Buku yang terdiri dari dua jilid atau lebih
            A. H. Lightstone, Concepts of Calculus (Vol. I; New York: Harper & Row. 1966), hal. 75.
Keterangan nomor jilid ditempatkan dalam kurung dan nomor jilid selalu dengan angka nomor halaman dengan angka.
f. Sebuah edisi dari karya seorang pengarang atau lebih
            Lukman Ali, ed., Bahasa dan Kesusastraan Indonesia, sebagai Tjermin Manusia Baru (Djakarta, 1967), hal. 84-85. 
atau
            Harimurti Kridalaksana, “Pembentukan istilah Indonesia, sebagai Ilmiah dalam Bahasa Indonesia.” Bahasa dan Kesusastraan Indonesia, sebagai Tjermin Manusia Indonesia Baru, ed. Luman Ali (Djakarta, 1967), hal. 84-85.
Bila nama editor didahulukan, maka nama pengarang dicantumkan dahulu, sedangkan sebaliknya nama pengarang didahulukan maka harus disingkat ed. dan nama editornya.
g. Sebuah Terjemahan
            Multitatuli, Max Havelar atau Lelang Kopi Persekutuan Dagang Belanda, terj. H. B. Jassin (Djakarta, 1972), hal. 50.
Nama pengarang didahulukan dengan keterangan tentang penerjemah ditempatkan sesudah judul buku dipisahkan oleh sebuah tanda koma.
h. Artikel dalam sebuah antologi
            David Riesman, “Charter and Society,” Toward Liberal Education, eds. Louis G. Locke, William M. Gibson and George Arms (New York, 1962), hal. 572-573.
Judul artikel dan judul buku harus dimasukkan, begitu pula nama penulis dan editornya harus dimasukkan.
i. Tesis dan Disertasi yang belum diterbitkan
            Tesis, disertasi atau skripsi merupakan tulisan ilmiah yang biasanya belum diterbitkan dan masih tersimpan dalam perpustakaan Universitas atau Fakultas. Walaupun begitu, bahan-bahan tersebut sangat berharga bagi tulisan-tulisan ilmiah, sebab itu sering dipergunakan.
            Jos. Dan. Parera, “Fonologi Bahasa Gorontalo” (Skripsi Sarjana, Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Jakarta, 1964), hal. 30.
Nama fakultas atau universitas ditempatkan dalam kurung langsung sesudah judul, tanpa koma.
j. Referensi dan catatan penjelas
            Jenis catatan unu menunjukkan kepada sebuah sumber ditambah penjelasan atau komentar-komentar.
            Mallinckrodt, Het Adatrecht van Borneo (Leiden: M. Dubbeldeman, 1928), I. 50. Demikianlah  Mallinckrodt memberi pengertian yang lain sama sekali kepada istilah magie, daripada misalnya J. G. Frazer atau sebagaian besar daripada sarjana ilmu anthropologi-budanya akan mengartikannya.
7. Singkatan-singkatan
            Ibid. Singkatan dari tempat yang sama. Biasanya dipergunakan bila catatan kaki yang berikut menunjuk kepada karya atau artikel yang telah disebut dalam catatan nomor sebelumnya Op. Cit. Singkatan ini berarti pada Karya yang telah dikutip. Yang dipergunakan bila catatan itu menunjuk kembali kepada sumber yang telah disebut lebih dahulu, tetapi diselingi oleh sumber lain. Loc. Cit. Singkatan ini berarti pada tempat yang telah dikutip. Dipakai untuk menyebut atau menunjuk kepada sebuah artikel majalah, harian atau ensiklopedi yang telah disebut sebelumnya, tetapi diselingi oleh sumber lain. Disamping singkatan-singkatan tersebut, ada pula singkatan lainnya yang perlu diketahui karena biasa dipergunakan dalam naskah-naskah buku.
supra: diatas, sudah terdapat lebih dulu pada teks yang sama
infra: dibawah, lihat pada artikel atau karangan yang sama dibawah
c. atau ca: singkatan circa yang berarti kira-kira atau sekitar; dipakai untuk menunjukkan tahun
Cap atau Chap: singkatan dari Caput (latin) yang berarti bab.
Ed. : singkatan dari editor (penyunting)
et. al.: singkatan dari et alii yang berarti dan lain-lain, dinyatakan atau menggantikan pengarang-pengarang yang tidak disebut namanya.
Et seq. atau et seqq: singkatan dari et sequentes yang berarti dan halaman-halaman berikutnya. Misalnya: hal. 205 et seq. berarti halaman 205 dan 206; hal. 205 et seqq. Berarti halaman 205, 206 dan 207 dan seterusnya.
Ms.: Manuscript atau naskah menurut arti kattanya berarti tulis tangan, karena dahulu memang semua naskah ditulis dengan tangan.
Passim: tersebar di sana-sini. Dipakai untuk menyatakan bahwa bahan yang dipergunakan atau dimaksud tersebar pada suatu majalah tertentu
Ser.: Seri
[Sic!]: dipergunakan untuk menunjukkan bahwa suatu kesalahan tertentu terdapat dalam naskah aslinya, dan bahwa kutipan itu diambil tepat seperti itu.
Cf. atau conf: confer berarti bandingkan
Vol.: volume atau jilid.
8. Penerapan catatan kaki dan singkatan
            Semua catatan kaki sebetulnya tersebar pada halaman-halaman yang berlainan, namun semuanya termasuk dalam kesatuan nomor urut dalam sebuah bab.
1 Edgar Sturtevant, An Introduction to Liuistict Science (New Haven, 1947), hal. 20 et seq.
2 Ibid.
3 Ibid. hal. 30
4 Richard Pittman “Nauhtal Honorifics,” International Journal of American Liguistics, XI (April, 1950), 374 et seqq.
5 H. A. Gleason, An Introduction to Descriptive Liguistics, (Rev. ed. ; New York and Wiston, 1961), hal. 51-52.
6 Ibid.
7 Ibid. hal. 56
8 Sturtevant, Op. Cit., hal. 42 et Seq.
            Referensi kedua dan ketiga menunjuk kembali kepada referensi pertama yang mempunyai nomor urut berurutan, maka cukup dipergunakan Ibid. Demikian pula referensi ke enam dan ketujuh yang menunjuk kembali pada referensi nomor lima.

B. BIBLIOGRAFI
1. Pengertian Bibliografi
            Bibliografi atau daftar kepustakaann adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-buku, artikel-artikel dan bahan-bahan penerbitan lainnya, yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan atau sebagian dari karangan yang tengah digarap. Melaui daftar keputakaan yang disertakan pada akhir tulisan itu, para sarjana atau cendekiawan dapat melihat kembali kepada sumber aslinya. Penulisan bibliografi dipergunakan untuk mengumpulkan data-data itu (yaitu mempergunakan kartu tik yang berukuran 10 cm X 12,5 cm). Dengan demikian pada saat terakhir, ketika penulis siap dengan naskahnya dan saat ia ingin menyusun daftas Bibliografi atau daftar kepustakaan sebagai salah satu syarat yang mutlak dalam kelengkapan suatu karya ilmiah.
LEHMANN, WINFRED P.
Historical Linguistics, An Introduction
New York: Holt, Rinehart, and Winston 19664.
297 halaman.
Linguistik Bandingan
 



           


2. Fungsi Bibliografi
            Referensi pada catatan kaki dipergunakan untuk menunjuk kepada sumber dari pernyataan atau ucapan yang dipergunakan dalam teks. Referensi itu harus menunjuk dengan tepat tempat, dimana pembaca dapat menemukan pernyataan atau ucapan itu. Sebaliknya bibliografi memberikan deskripsi yang penting tentang buku, majalah, harian itu secara keseluruhan. Karena seorang pembaca ingin mengetahui lebih lanjut tentang referensi yang terdapat pada catatan kaki, maka ia dapat mencarinya dalam bibliografi.
3. Unsur-unsur Bibliografi
            Pokok paling penting yang harus dimasukkan dalam sebuah bibliografi adalah sebagai berikut:
            a. Nama pengarang, yang dikutip secara lengkap
            b. Judul Buku, termasuk judul tambanhannya
            c. Data Publikasi: penerbit, tempat penerbit, tahun terbit, cetakan keberapa, nomor jilid dan tebal (jumlah halaman) buku tersebut
            d. Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama majalah, jilid, nomor dan tahun.
            Bila daftar bibliografinya cukup panjang, biasanya dibuat daftar berdasarkan klasifikasinya. Ada yang memberdasarkan daftar yang hanya memuat buku, artikel majalah, artikel ensiklopedia, harian dan sebagainya. Apabila karangan tidak terlalu panjang, misalnya skripsi, maka cukup dibuat sebuah daftar bibliografi pada akhir karangan itu. Tetapi jika bukunya sangat tebal, serta dapat diusahakan sebuah bibliografi untuk tiap bab.
4. Bentuk Bibliografi
            Cara menyusun bibliografi untuk buku agak berlainan dari majalah dan majalah pula berlainan dengan harian, serta semuanya berbeda-beda pula dengan menyusun bibliografi yang terdiri dari manuskrip-manuskrip yang belum diterbitkan, seperti tesis dan disertasi. Ada tiga hal penting yang selalu harus dicantumkan yaitu: pengarang, judul dan data-data publikasi.
            Bibliografi disusun menurut urutan alfabetis dari nama pengarangnya, susunannya: nama keluarga, nama kecil, lalu gelar-gelar jika ada. Bila pengarang ada dua karya atau lebih ditulis oleh pengarang yang sama, maka pengulangan namanya dapat ditiadakan dengan menggantikannya dengan sebuah garis panjang, sepanjang lima atau tujuh ketikan yang disusul dengan sebuah titik.
a) Dengan seorang pengarang
Hockett, Charles F. A Course in Modern Linguistics. New York: The MacMillan Company, 1963.
       Nama keluarga (Hockett) terlebih dahulu, baru nama kecil (Charles F.), kemudian gelar-gelar. Jika buku itu disusun oleh komisi atau lembaga, maka nama komisi atau lembaga tersebut menggantikan nama pengarang. Judul di tulis miring, urutan publikasi adalah: tempat publikasi, penerbit buku dan penanggalan. Perhatikan tanda titik setelah nama pengarang, sesudah judul buku, sesudah data publikasi. Dan juga penggunaan tanda titik dua setelah tempat penerbit.
b) Buku dengan dua atau tiga pengarang
Oliver, Robert T., and Rupert L. Cortright. New Traning for Effective Speech. New York: Henry Holt and Company, Inc., 1958.
Nama pengarang kedua dan ketiga tidak dibalikkan dan urutan nama pengarang harus sesuai dengan apa yang tercantum pada halaman buku.
c) Edisi berikutnya mengalami perubahan
Gleason, H.A. An Introduction to Descriptive Linguistics, Rev. ed. New York: Holt, Rinehart and Winston, 1961.
Jika buku itu mengalami perubahan dalam edisi-edisi berikutnya, maka biasanya ditambahkan keterangan rev. ed. (revised edition = edisi yang diperbaiki) dibelakang judul tersebut.
d) Sebuah buku terjemahan
Multatuli. Max Havelar, atau Lelang Kopi Persekutuan Dagang Belanda, terj. H. B. Jassin, Jakarta: Djambatan, 1972.
Nama pengarang asli yang diurutkan dalam urutan alfabetis, serta keterangan tentang penerjemah ditempatkan sesudah judul buku, dipisahkan dengan sebuah tanda koma.
e) Artikel Majalah
Soebadio, Ny. H. “Penggunaan Bahasa Sansekerta dalam Pembentukan Istilah Baru,” Majalah ilmu-ilmu Sastra Indonesia, I (April, 1963), 47-58.
Judul artikel dan judul majalah dipisahkan, tidak ada tempat publikasi dan penerbit tetapi harus ditantumkan nomor jilid, tanggal dan nomor halaman. Cara yang paling populer mempergunakan  angka Romawi untuk nomor jilid, dan angka Arab untuk nomor jilid dan halaman.
f) Tesis dan Disertasi yang belum diterbitkan
Parera, Jos. Dan. “Fonologi Bahasa Gorontalo.” Skripsi Sarjana Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Jakarta, 1964.
Skripsi, tesis atau disertasi yang belum diterbitkan diperlakukan sebagai artikel. Sebab itu judulnya ditempatkan dalam tanda kutip. Walaupun tidak ada penerbit, tetapi harus dicantumkan juga data publikasinya berupa nama Fakultas dan Universitas, temoat dan tahun pembuatan karya ilmiah itu.
5. Macam-macam Bibliografi
            Bibliografi disusun dengan mempergunakan karya ilmiah itu, baik secara langsung maupun tidak langsung, misalnya:
a. Buku-buku dasar: buku yang dipergunakan sebagai bahan orientasi umum mengenai pokok yang digarap itu.
b. Buku-buku khusus: buku yang dipakai oleh penulis untuk mencari bahan-bahan yang langsung berkaitan dengan pokok persoalan yang digarap.
c. Buku-buku pelengkap: buku yang topiknya lain dari topic yang digarap penulis, namun dalam beberapa hal buku-buku itu bisa memberi jalan keluar atau penerangan yang lebih mendalam mengenai suatu hal.
            Untuk menggambarkan perbedaan ketiga jenis bibliografi tersebut, dapat dikemukakan seorang penulis menyelidiki secara mendalam Intonasi Bahasa Jawa. Karena persoalan intonasi adalah bidang linguistik umum. Sebaliknya, sebagai buku khusus ia akan mencari semua artikel yang khusus membicarakan fonetik dan fonemik.
6. Penyusunan Bibliografi
            Untuk menyusun sebuah daftar yang final perlu diperhatikan terlebih dahulu hal-hal berikut:
·        Nama pengarang diurutkan menurut urutan alphabet. Nama yang dipakai dalam urutan itu adalah Nama Keluarga.
·        Bila tidak ada pengarang, maka judul buku atau artikel yang dimasukkan dalam urutan alphabet. Perhatikan bahwa kata-kata sandang dalam bahasa-bahasa Barat tidak diperhitungkan untuk penyusunan ini.
·        Jika untuk seorang pengarang terdapat lebih dari satu bahasa referensi, maka untuk referensi yang kedua dan seterusnya, nama pengarang tidak perlu diikut-ikutkan, tetapi diganti dengan garis sepanjang 5 atau 7 ketikan.
·        Jarak antara baris dengan baris untuk satu referensi adalah satu spasi. Tetapi jarak antara dengan pokok dengan pokok yang lain adalah dua spasi.
·        Baris pertama dimulai dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari tiap pokok harus dimasukkan ke dalam sebanyak 3 atau 4 ketikan.
A. Cara Pertama
BIBLIOGRAFI
Bloomfield, Leonard. Language. London: George Allen & Unwin Ltd., 1962.
Bolgar, Robert Ralph. “Rhetoric,” Encyclopedia Britannica. 1970, XIX, 257 – 260.
Bleason, H.A. An Introduction to Descriptive Liguistics. Rev. ed. New York: Holt, Rinehart and Wiston, 1961.
Gray, Giles Wilkeson. “American Modes of Speech,” Opinion and Attitudes. Rev. ed., Stewart, ed. New York: Thomas Nelson and Sons, 1938. hal. 220 – 232.
              .” A Speech Mechanism Hypothesis,” The Quarterly Journal of Speech, 32: 892 – 906 (1936)

B. Cara yang Kedua
                        Bila cara yang kedua inilah yang dipergunakan untuk menunjuk sumber yang berhubungan dengan kutipan, maka cara menyusun bibliografi juga sebaiknya disesuaikan dengan cara tersebut. Dalam hal ini tahun terbit tidak ditempatkan bersama-sama dengan data publikasi lainnya, tetapi akan ditempatkan didepan sesudah nama pengarang.
BIBLIOGRAFI
Allen, W.S 1951. “Phonetics and Comparative Linguistics,” Archivum Linguisticum, 3: 126 – 136.
Anttila, Raimo. 1968. “The Relation between Internal Reconstruction and the comparative Method,” Ural-Altaische Jahrbücher, 40: 159 – 173.
             . 1969a. Uusimman äänehistorian suunnasta ja luonteesta. Publications of the Phonetics Departement of the University of Turki, 5 (August).
             . 1969b. Proto-Indo-European schwebeablaut. University of California Publications in Linguistics, 58. Berkeley and Los Angeles.
Bloch, Bernard. 1948. “A Set of Postulates for Phonemic Analyses,” Language, 24: 3 – 46.
Perhatikan
1) Susunan unsur bibliografi: Nama pengarang (dibalik), tahun terbit, judul buku dan data publikasi yang lain.
2) Bila ada dua atau lebih dari seorang yang dimasukkan dalam bibliografi, maka karangan itu disusun menurut tahun terbitnya.
3) Bila ada dua karangan atau lebih dari seorang pengarang diterbitkan dalam tahun yang sama, maka dibelakang tahun terbitnya diberi nomor urut a, b, c dan seterusnya.

Daftar Pustaka

 Keraf, Gorys. (1979). Komposisi. Jakarta: Penerbit Nusa Indah.




No comments:

Post a Comment