Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Monday, 9 July 2018

Sinopsis Novel Anak Rantau Karya Ahmad Fuadi



Judul : Anak Rantau
Penulis : Ahmad Fuadi
Penerbit : Falcon Publishing
Tahun Penerbit : 2017
Jumlah Halaman : 370


Sinopsis
Donwori bihepi atau Hepi, anak laki-laki Jakarta yang tinggal bersama ayahnya Martiaz dan kakaknya Dora. Ibunya meninggal setengah jam setelah melahirkan Hepi. Hepi anak yang pintar, cerdas, suka membaca dan pemberani namun kelakuannya yang tidak disiplin dan nakal, kelakuan Hepi yang seperti ini disebabkan karena kurangnya kasih sayang dan pantauan Martiaz selama ini. Cerita ini berawal dari pembagian rapor di sekolah Hepi yang mana pada saat itu ayah Hepi tengah megambil rapor ujian semester anaknya dan ia menemukan bahwa rapor itu kosong tanpa nilai segorespun melihat hal itu ayahnya geram sekali melihat Hepi yang awalnya ia mengetahui anaknya adalah anak yang pintar dan cukup berprestasi di sekolahnya namun kali ini apa yang ia dapatkan hanya rapor kosong yang tak terlulis di dalamya nilai segorespun. Karena ulah anaknya ini ia berencana untuk mengirim anaknya ke kampungnya di Sumatra Barat, dengan cara mengajak anaknya liburan ke sana Hepi pun menyetujui ajakan ayahnya untuk berlibur ke sana. Sesampainya ia dan ayahnya di sebuah kampung yang bernama kampung Durian di salah satu daerah di Sumatra Barat ia menikmati liburanya di sana dengan menikmati suasana pekampungan yang terletak di tepi danau Talago sambil ayahnya menceitakan kenangan masa kecilnya di kampung itu.
Namun liburan itu bukan hanya sekedar liburan bagi Hepi namun ia harus menerima paksaan ayahnya untuk tinggal disana dan melanjutkan sekolahnya disana, setelah dua minggu liburan dikampungnya Hepi ditinggalkan ayahnya untuk tinggal bersama Kakek dan Neneknya dengan cara yang menyakitkan hati Hepi, ayahnya meniggalkanpun tanpa memberitahukan alasan kepadanya dari peristiwa inilah ia mulai membenci ayahnya dan bertekad untuk mengumpulkan uang sendiri dan akan membeli tiket pesawat untuk balik ke Jakarta sendiri.
Mulai saat itulah Hepi menjalani kehidupannya sebagai seorang anak dengan susananya sangat beda dari Jakarta ia menjalani kehidupanya itu dengan perasaan yang kecewa dan dendam dengan apa yang sudah dilakukan ayahnya kepada nya. Hingga Hepi bertemu dua kawan yang menjadi sahabatnya yang bernama Attar dan Zen yang akan selalu menemani hidup Hepi di kampung itu dengan bermain bersama dan sekolah bersama. Dari dua orang temanya inilah Hepi mendapatkan pengetahuan tentang kehidupan di kampung yang belum pernah ia rasakan. Attar pandai menembak dengan ketapel yang dimilikinya, sedangkan Zen sangat menyayangi binatang dan menjunjung tinggi reputasi terbaiknya sebagai anak kampung. Mereka bertiga bersekolah bersama, bermain bersama, mengurus surau bersama, hingga melakukan petualangan-petualangan seru. Hepi dan dua temannya ini membentuk tim detektif cilik. Mereka melakukan penyelidikan-penyelidikan beberapa masalah yang terjadi di kampungnya hingga membawa mereka mengarungi petualangan yang tidak biasa. Berpetualang mendatangi sarang jin yang berada di loteng dibawah kubah surau dan akhirnya dijadikannya “sarang elang” tempat mereka melakukan semua koordinasinya, menghadapi lelaki bermata harimau “Pandeka Luko” pahlawan kebangsaan gila yang mengobati luka lamanya di rumah usang yang tidak terjamah warga kampung.
Kehidupan Hepi juga dipenuhi dengan ibadah-ibadah yang selalu ia lakukan karena Kakeknya adalah seorang pengurus masjid yang berada di dekat rumah Kakeknya dan dari Kakeknya jugalah Hepi belajar banyak tentang agama juga belajar azan dan mengaji. Seperti anak-anak kampung biasanya Hepi mulai terbiasa dengan suasana barunya disana dengan bermain dengan anak-anak disana setiap sorenya, namun dibalik kesengannya itu ia masih berharap untuk pulang ke Jakarta. Kerena ambisi itu ia gait mengumpulkan uang dengan bekerja dan menolong Kakekya mengurusi masjid. Hepi juga bekerja di warung sudara ayahnya yang bernama Mak tuo Ros, setiap pulang sekolah dan hari pekan Hepi selalu menolong Mak Tuo Ros melayani pengunjung warungnya. Namun hasil yang ia dapatkan dari bekerja di warung Mak Tuo Ros sangat kecil sekali ia meras akan lama sekali jika menunggu tabunganya penuh untuk membeli tiket pulang ke Jakarta, kemudian ia mendengar bahwa ada perantau dari Jakarta juga yang juga merupakan teman ayahnya yang bernama Bang Lenon yang membuka bisnis kerajianan tangan di Kampung Tanjung Durian. Hepipun tertarik untuk ikut bekerja dengan Bang Lenon. Iapun datang ke tempat Bang Lenon dan mengatakan kepadanya bahwasanya ia ingin mencari uang untuk pulang ke Jakarta, Bang Lenon pun menerimanya untuk bekerja disana dengan tugas mengantarkan pesanan orang ke rumah-rumah. Tetapi ketika pesanan tersebut tidak sampai pada pelanggan, Bang Lenon murka sehingga memecat Hapi.
Saat Hepi hampir putus asa untuk mencari uang, ia berkunjung ke rumah hitam yang konon didalamnya terdapat mesin pencetak uang. Hapi berkesempatan bertemu dengan Pandeka Luko dia mengutarakan semua perasaan dan kesedihannya dan berniat meminta bantuan Pandeka untuk mencetakkan uang untuknya, namun Pandeka justru memberikan cerita-cerita berharga dan nasehat-nasehat didalamnya.
Pada suatu hari kampung Tanjung Durian digegerkan dengan pencurian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang misterius mecuri kambing, perhiasan, dan hewan ternak lainya milik warga hingga mereka juga mencuri barang barang di surau milik Kakeknya Hepi. Melihat hal ini Hepi dan kawan kawanya geram sekali dan berencana untuk menjebak mereka dengan memancing mereka dengan dua ekor kambing milik orang tua Zen. Malamnya pun mereka melancarkan aksinya mereka meletakan kambing itu di batang mangga di dekat surau Gadang. Mereka mengintai pencuri itu dari rumah Kakek Hepi yang tak jauh dari lokasi kambing tersebut. Hingga tengah malam pencuri tersebut tak kunjung juga datang, setelah lama menunggu akhirnya Hepi mendengar ada suara langkah kaki orang yang mendekati kambing umpan itu. Ketika ia melihat kesana kambing itu sudah lenyap dengan cekatan Hepi mengejar kambing itu. Tiba di simpang kampung Tanjung Durian Hepi berhasil menangkap pencuri itu dan melawanya dengan jurus silat yang ia pernah pelajari. Ketika ditanyai ternyata pencuri itu adalah Bang Noppen yang mana bekas pembantu Kakek Hepi di Surau Gadang, dan ia mengaku kehabisan uang untuk membeli narkoba karena ia sudah ketergantungan. Hepipun berpikir bahwa di kampungnya sudah terjaring narkoba dan dia juga berniat untuk menyelidikinya.
Setelah beberapa hari Hepi dan teman temanya menyelidiki kasus narkoba di kampungnya ini ia pun mengetahui bahwasanya narkoba itu dijual oleh seseorang yang selalu menggunakan perahu dan menjualnya ke para nelayan yang sedang beristirahat di keramba ikan mereka. Hepi dan teman temanya mengikuti kemana perahu itu bermuara dan ia pun mendapatkan bahwa orang itu tinggal di sebuah bangunan di tengah hutan yanga sangat terpencil. Saat ingin memesuki bangunan itu ia ditangkap oleh seseorang dan disekap di sebuah ruangan, dan ia mengetahui bahwa yang memiliki usaha haram itu adalah bang Lenon dan ia dan teman temanya akan dibunuh namun saat itu juga Kakeknya dan Pandeka Luko sebagai saudara dari kakeknya datang menyelamatkanya Hepi dan temanya pun selamat.

 Pendapatku
Novel ini cocok untuk dibaca sebagai bahan ajar, karena banyak hal yang dapat ditarik melalui pesan moralnya, pendidikan agama yang ditanamkan hingga perjuangan Hepi untuk pulang ke Jakarta melalui menabung dengan bekerja sedari sekolah.
Clop  pula dengan dengan anda yang suka dengan tantangan dan petualangan, Penulis Ahmda Fuadi sukses membawa pembaca dengan cerita menegangkan tiga sekawan ini. Juga bagi anda yang ingin menganalisis ranah minang, inilah jawabannya novel tersebut banyak menggunakan bahasa minang (Sumatera). 

No comments:

Post a Comment