Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Friday, 6 July 2018

Makalah Pengolahan Limbah Cair dalam Industri Tekstil



PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DALAM INDUSTRI TEKSTIL
MAKALAH

Oleh:
Nurul Hayati
 
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2018


ABSTRAK
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DALAM INDUSTRI TEKSTIL
Masalah utama dalam penulisan makalah ini adalah rendahnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya limbah cair dalam industri tekstil yang jika dibuang tanpa pengolahan, akan menyebabkan pencemaran lingkungan yang serius. Dalam pengolahan limbah cair industri tekstil perlu mengetahui bagaimana karakteristik  limbah tersebut, sehingga pengolahan limbah ini dapat dilakukan degan metode yang tepat. Penulisan makalah ini dilaksanakan untuk mencapai beberapa tujuan. Tujuan penulisan makah ini adalah untuk mengetahui, menjelaskan, dan memaparkan (1) limbah cair dalam industri tekstil; (2) karakteristik limbah cair dalam industri tekstil; (3) pengolahan limbah cair dalam industri tekstil. Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah karakteristik limbah cair biasanya dinyatakan dalam beberapa parameter seperti suhu, BOD, COD, TTS, senyawa fenol, dan substansi lain sesuai sumber limbah; masalah pencemaran air menimbulkan berbagai akibat, baik yang bersifat biologik, fisik, maupun kimia; dan proses pengolahan limbah cair dalam industri tekstil mencakup tiga tahap, yaitu pretreatment, pengolahan utama, dan post treatment.


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt., karena atas izin dan rida-Nya, akhirnya penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini berjudul “Pengolahan Limbah Cair dalam Industri Tekstil”. Selawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw.
Makalah  sederhana ini penulis susun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Literatur Kimia. Pada penyusunan makalah ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis alami. Namun berkat dukungan, dorongan serta motivasi orang terdekat, sehingga penulis mampu menyelesaikannya. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.    Tien Setyaningtyas, S.Si., M.Si., selaku dosen pembimbing,
2.    Uyi Sulaeman, S.Si., M.Si., Ph.D., selaku dosen pengampu, dan
3.    pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Semoga makalah yang sederhana ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri umumnya bagi siapapun yang membacanya.
Purwokerto,    April  2018

                                                                                        Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................       i
DAFTAR ISI.....................................................................................................        ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang......................................................................................          1
B.     Rumusan Masalah.................................................................................          1
C.     Tujuan Penulisan...................................................................................          1
D.    Manfaat Penulisan.................................................................................         2
BAB II ISI
A.    Karakteristik Limbah Cair dalam Industri Tekstil............................          3
B.     Bahaya Limbah cair dalam Industri Tekstil terhadap
Pencemaran Lingkungan......................................................................           5
C.     Pengolahan Limbah Cair dalam Industri Tekstil..................................          5
BAB IV PENUTUP
A.    Simpulan...............................................................................................          8
B.     Saran.....................................................................................................          8
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
A.            Latar Belakang
Indonesia dalam beberapa tahun ini merupakan salah satu negara penghasil utama tekstil dan bahan sejenisnya. Banyaknya industri tekstil di Indonesia ini tentunya dapat membawa peningkatan devisa bagi kas negara, namun di sisi lain limbah industri ini menimbulkan masalah peningkatan pencemaran lingkungan yang cukup besar. Limbah cair yang dihasilkan oleh industri tekstil selain mengandung bahan pencemar organik, juga mengandung bahan pewarna organik yang cenderung sulit untuk diuraikan dalam proses biologis biasa pada lingkungan. Air limbah yang dihasilkan mengandung polutan bahan organik zat warna rantai panjang sehingga diperlukan perlakuan khusus untuk memecah rantai panjang zat warna ini sebelum diumpan ke dalam proses biologis.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis berencana untuk menyusun sebuah makalah yang berjudul “Pengolahan Limbah Cair dalam Industri Tekstil”.
B.  Rumusan Masalah
  Berdasarkan latar belakang di atas, masalah ini dapat dirumuskan ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut.
1.      Bagaimanakah karakteristik limbah cair dalam industri tekstil?
2.      Bahaya apa yang ditimbulkan oleh limbah cair dalam industri tekstil terhadap pencemaran lingkungan?
3.      Bagaimakah proses pengolahan limbah cair dalam industri tekstil?

C.    Tujuan Penulisan
  Penulisan makalah ini dilaksanakan untuk mencapai beberapa tujuan. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui, menjelaskan, dan memaparkan:
1.      karakteristik limbah cair dalam industri tekstil;
2.      bahaya limbah cair dalam industri tekstil terhadap pencemaran lingkungan; dan
3.      pengolahan limbah cair dalam industri tekstil.

D.    Manfaat Penulisan
  Penulisan makalah ini penting karena akan sangat bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut.
1.      Bagi penulis, menambah pengetahuan tentang pengolahan limbah cair dalam industri tekstil.
2.      Bagi pembaca, menumbuhkan kesadaran bahaya limbah cair dalam industri tekstil yang dapat mencemari lingkungan.




BAB II
ISI
A.    Karakteristik Limbah Cair dalam Industri Tekstil
Menurut Effendi (2003), pencemaran air diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar berupa gas, bahan-bahan terlarut, dan partikulat, sedangkan menurut Simonovic (2006) sumber pencemar air di dunia yang paling dominan adalah limbah manusia, limbah industri, limbah bahan kimia, dan limbah pertanian (pestisida dan pupuk).
Limbah cair merupakan bahan-bahan buangan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik yang berwujud cair. Limbah cair pada suatu industri tekstil umumnya akan diolah terlebih dahulu sebelum dilepaskan ke alam atau perairan. Namun ada sebagian industri yang langsung membuangnya tanpa proses pegolahan. Pembuangan limbah secara langsung akan mencemari lingkungan karena dalam limbah cair industri tekstil terdapat polutan bahan organik zat warna rantai panjang yang sulit untuk diuraikan dalam proses biologis biasa pada lingkungan.
Pengetahuan mengenai karakteristik limbah cair dalam industri tekstil sangat diperlukan dalam upaya pengolahan limbah cair dalam industri tekstil untuk mengurangi bahayanya terhadap pencemaran lingkungan. Limbah cair pada umumnya adalah cairan yang mengandung polutan. Polutan inilah yang menjadi cairan tersebut dapat atau tidak dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Guna mengurangi bahaya limbah cair bagi lingkungan maka perlu dilakukan proses pengolahan.
Karakteristik limbah cair biasanya dinyatakan dalam beberapa parameter seperti suhu, BOD, COD, TTS, senyawa fenol, dan substansi lain sesuai sumber limbah (Hidayat, 2016).







1.      Suhu
Suhu berperan pentinng dalam proses pengolahan limbah cair secara biologis. Suhu berpengaruh pada aktivitas mikroorganisme berkaitan dengan suhu optimum pertumbuhannya. Organisme akan bekerja secara optimal jika tumbuh pada suhu optimalnya. Suhu juga mempengaruhi diversitas atau keragaman organisme yang ada. Semakin rendah suhu maka diversitas organisme akan semakin kecil (Hidayat, 2016). Akibatnya siklus makann menjadi terhambat dan mengakibatkan lambatnya pemurnian limbah secara biologis.
2.      BOD (Biochemical Oxygen Demand)
BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah analisis yang dilakukan di laboratorium untuk menguji kualitas limbah khususnya aktivitas mikroorganisme yang berlangsung di dalam air. Nilai BOD mengindikasikan jumlah bahan organik yang terdegradasi secara biologis dan oksigen digunakan untuk mengoksidasi bahan anorganik seperti sulfide dan besi (Hidayat, 2016).
3.      COD (Chemical Oxygen Demand)
Menurut Hidayat (2016) COD merupakan penentuan kadar oksigen yang dibutuhkan untuk oksidasi bahan kimia dalam suatu limbah. Pengukuran COD membutuhkan waktu yang jauh lebih cepat dibandingkan BOD, yakni dapat dilakukan selama tiga jam, sedangkan pengukuran BOD dpaling tidak memerlukan waktu lima hari. Jika korelasi antara BOD dan COD sudah diketahui, kondisi air limbah dapat diketahui (Siregar, 2005).
4.      TTS (Total Padatan Tersuspensi)
Pengukuran ini terkadang disebut residu yang tidak dapat disaring, ditetapkan dengan cara menyaring sejumlah volume air limbah melalui filter membran (atau tikar glass fiber) dalam cawa Gouch (Jenie dan Rahayu, 1993).
5.      Senyawa Fenol
Fenol bersifat toksik sehingga batas kadar fenol pada air limbah yang diizinkan hanyalah 1 mgL-1. Pada proses fisika kimia umumnya fenol dipisahkan dari limbah dengan cara destilasi, ekstaksi, absorpsi, ionisasi, reserve osmosis, oksidasi dana, dan sebagainya (Hidayat, 2016).
  

B.     Bahaya Limbah Cair dalam Industri Tekstil terhadap Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan akibat industri tekstil adalah berupa pencemaran debu dan limbah cair yang berasal dari tumpahan dan air cucian tempat pencelupan larutan kanji dan proses pewarnaan (Pratiwi, 2010). Penggunaan bahan-bahan kimia dalam proses industri akan mempengaruhi sifat kimia air limbah yang dihasilkan (Connell dan Miller, 1995). Beberapa kelompok organisme yang dapat dijadikan sebagai bioindikator pencemaran air adalah algae, bakteri, protozoa, makroavertebrata, dan ikan (Sjoo dan Mork, 2009). Organisme aquatik terutama ikan adalah bioindikator pencemaran yang paling baik (Alkassasbeh et al., 2009).
Gabungan air limbah pabrik tekstil di Indonesia rata-rata mengandunng 750 mg/L padatan tersuspensi dan 500 mg/L BOD perbandingan COD : BOD adalah dalam kisaran 1,5 : 1 sampai 3 : 1 (Risnandar dan Kurniawan, 1998). Kehidupan normal ikan-ikan yang hidup di sungai akan terganggu jika terjadinya pencemaran pada badan-badan air termasuk sungai. Pencemaran air mengakibatkan turunnya kualitas perairan, sehingga daya dukung perairan tersebut terhadap organisme akuatik yang hidup di dalamnya akan turun.  Masalah pencemaran air menimbulkan berbagai akibat, baik yang bersifat biologik, fisik, maupun kimia. Akibat biologik yang terlihat jelas di perairan-perairan antara lain berupa kematian ikan atau sekurang-kurangnya berupa kelainan struktural maupun fungsional ke arah abnormal (alkassasbeh et al., 2009).

C.    Pengolahan Limbah Cair dalam Industri Tekstil
Menurut Siregar (2005) proses pengolahan limbah cair dalam industri tekstil mencakup tiga tahap, yaitu pretreatment, pengolahan utama, dan post treatment.
1.      Pretreatment
Dalam proses pengolahan air limbah tekstil, pretreatment yang diperlukan meliputi proses-proses equalisasi, netralisasi, dan cooling.
a.       Equalisasi
Setiap pabrik tekstil yang menggunakan proses finishing harus dengan unit equalisasi untuk menyamakan volume dan konsentrasinya. Daerah-daerah pengoperasian dengan konsentrasi tinggi dapat dilengkapi dengan tangki-tangki penampung untuk menjamin aliran yang merata ke dalam IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah).

b.      Netralisasi
Air limbah dalam bak equalisasi kemungkinan membutuhkan netralisasi. Netralisasi yang dilakukan terhadap seluruh air limbah lebih murah dibandingkan dengan netralisasi parsial. Hal ini disebabkan oleh sudah adanya netralisasi antara beberapa sumber air limbah. Pada umumnya, air limbah bersifat basa sehingga diperlukan penambahan asam. Bila memungkinkan, netralisasi dapat dilakukan dengan menggunakan CO2, asam karbonat murni, atau stack gas.
c.       Cooling
Banyak pabrik tekstil mengeluarkan air limbah dengan temperatur tinggi sehingga harus didinginkan sebelum dibuang ke badan air penerima. Kapasitas panas dapat dikembalikan dengan alat-alat penukar panas (heat exchanger) ataupun menggunakan cooling tower sebagai alternatif.

2.      Pengolahan Utama
Dalam pengolahan air limbah tekstil, proses utama meliputi pengolahan biologis dan pengendapan secara kimia dan flokulasi.
a.       Pengolahan Biologis
Dalam pegolahan air limbah dari pabrik tekstil, activated sludge merupakan cara pegolahan biologis yang paling dapat diterima. Perencanaan harus memperhitungkan waktu yang cukup karena kandungan zat-zat yang sulit diolah oleh bakteri lebih besar daripada yang terdapat dalam air limbah domestik. Pengolahan biologis satu tahap (1 stage) dengan tricklig filter terbukti kurang efektif. Selain itu, dalam pengolahan biologis perbandingan jumlah nutrien juga harus diperhatikan.
b.      Pengendapan secara kimiawi dan flokulasi
Pengendapan secara kimiawi sering diguakan sebagai pengolahan sekunder. Kebanyakan dari bahan-bahan yang tidak dapat terurai dapat dihilangkan melalui pengendapan secara kimiawi. Primary precipitation tidak disarankan untuk dilakukan karena bahan-bahan yang mengendap, yaitu koloid dan materi-materi yang tersuspensi, dapat disaring oleh activated sludge.



3.      Post Treatment
Proses-proses terakhir dalam pengolahan air limbah tekstil adalah filtrasi, adsorpsi, dan oksidasi.
a.       Filtrasi
Proses ini menggunakan multistage filter yayng berupa pasir dan karbon aktif. Dalam pengolahan ini, kondisi media yang aerobik harus dipertahankan. Oleh karena itu, diperlukan aerasi sebelum memasuki filter.
b.      Adsorpsi
Bahan untuk adsorpsi yang sering digunakan adalah karbon aktif. Namun, karbon aktif tidak dapat menghilangkan sisa-sisa bahan pewarna dan bahan-bahan yang tidak dapat terurai secara biologis. Beberapa bahan kimia dalam air limbah tekstil dapat diendapkan, diuraikan secara biologis, ataupun diserap, misalnya PVA (polivinil alkohol).
c.       Oksidasi
Tahapan oksidasi kimia antara lain dilakukan dengan menggunakan ozon. Ozon memiliki kemampuan untuk menguraikan beberapa zat organik agar dapat diuraikan oleh bakteri. Dengan demikian, ozonisasi harus diikuti dengan pengolahan secara biologis. Oksidasi juga diperluakan jika air limbah mengandung sejumlah besar zat anorganik.

 BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka kesimpulan dapat dipaparkan dalam beberapa hal, yaitu :
1.      Karakteristik limbah cair biasanya dinyatakan dalam beberapa parameter seperti suhu, BOD, COD, TTS, senyawa fenol, dan substansi lain sesuai sumber limbah
2.      Masalah pencemaran air menimbulkan berbagai akibat, baik yang bersifat biologik, fisik, maupun kimia.
3.      Proses pengolahan limbah cair dalam industri tekstil mencakup tiga tahap, yaitu pretreatment, pengolahan utama, dan post treatment.

B.     Saran
Berdasarkan simpulan di atas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut.
1.      Pembaca diharapkan memiliki wawasan mengenai pengolahan limbah cair dalam industri tekstil.
2.      Seseorang yang peduli lingkungan hendaknya berusaha melakukan yang terbaik bagi lingkungannya, menjaga kestabilan alam, dan mengurangi pencemaran lingkungan yang akan berdampak pada masa depan bumi kita.


DAFTAR PUSTAKA
Alkassasbeh, J. Y. M., L. Y. Heng, dan S. Surif, 2009. Toxicity Testing and The Effect of Landfill Leachate in Malaysia on Behavior of Common Carp (Cyprinus carpio L., Pisces, Cyprinidae. American Journal of Environmental Sciences. Volume 5, Issue: 3, pp.: 209-217.
Connell, W. D. dan J. G. Miller, 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran, Penerjemah Yanti Koestoer. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Effendi, Hefni, 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Hidayat, Nur, 2016. Bioproses Limbah Cair.  Yogyakarta : Penerbit Andi.
Jenie, Betty Sri Laksmi dan Winiati Pudji Rahayu, 1993. Limbah Industri Pangan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Pratiwi, Yuli, 2010. Penentuan Tingkat Pencemaran Limbah Industri Tekstil Berdasarkan Nurtition Value Coeficient Bioindikator. Jurnal Teknologi. Volume 3 Nomor 2, pp.: 130.
Risnandar, H. Dan K. Kurniawan, 1998. Penyerapan Zat Warna Tekstil dengan Menggunakan Jerami Padi. Laporan Penelitian, FT Undip, Semarang.
Simonovic, Slobodan P., 2006. Managing Water Resources Methods and Tools for a Systems Approach. USA : UNESCO Publishing.
Siregar, Sakti A., 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
joo, G. L. Dan Mork E., 2009. Tissue Nutrient Content in Ulva spp. (Chlorophyceae) as Bioindicator for Nutrient Loading Along the Coast of East Africa. The Open    Environmental & Biological Monitoring Journal, Volume 2, pp.: 11-17.

2 comments:

  1. Menjual berbagai macam jenis Chemical untuk cooling tower chiller dan waste water treatment,STP dll untuk info lebih lanjut tentang produk ini bisa menghubungi saya di email tommy.transcal@gmail.com
    Hp:081310849918

    ReplyDelete