Naskah Drama Situ Bagendit
Oleh Semester 2
Pendidikan Bahasa Indonesia
Fakulkas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Majalengka
Garut adalah
salah satu daerah di Jawa Barat merupakan daerah yang subur dan memiliki banyak
tempat wisata salah satunya Situ Bagendit. Pada zaman dahulu kala di sebelah
utara kota Garut ada sebuah desa yang penduduknya kebanyakan adalah petani.
Karena tanah di desa itu sangat subur dan tidak pernah kekurangan air. Maka
sawah-sawah mereka selalu menghasilkan padi yang berlimpah ruah. Namun, pada
penduduk desa itu tetap miskin.
Hari masih
sedikit gelap dan embun yang masih bergayut di dedaunan. Namun, para penduduk
sudah bergegas menuju sawah mereka. Hari ini adalah hari panen mereka akan
menuai padi yang sudah menguning dan menjualnya kepada seorang tengkulak
bernama Nyai Endit.
Nyai Endit
adalah orang terkaya di desa itu, rumahnya mewah, lumbung padinya sangat luas
karena harus menampung padi yang dibelinya dari seluruh petani di desa itu. Ya!
seluruh petani dan bukan dengan suka rela para petani itu menjual hasil
panennya kepada Nyai Endit. Mereka terpaksa menjual semua hasil panennya dengan
harga murah kalau tidak ingin cari perkara dengan centeng-centeng suruhan Nyai
Endit. Lalu jika pasokan padi mereka habis, mereka harus membeli dari Nyai
Endit dengan harga yang melambung tinggi.
Barja :
Kadarieu, kadarieu. Para petani kumpul, ayo baris semuanya ayo.
Barji :
Jangan sampai ada yang ketinggalan. Semuanya harus kumpul, cepat! kumpulkan
semua hasil panen kalian. segera! tidak ada yang membangkang.
Petani 1 :
Tidak! kenapa kami harus jual padi kepada kalian.
Barja :
Oh kamu nantang hah? Udah berani kau.
Barji :
Harus kami beri pelajaran dulu?
Petani 1 :
Ampun kang ampun.
Petani 2 :
Udahlah kita turuti saja apa mau mereka.
Barja :
Nah, kitu. Sing nurut ka urang teh.
petani 1 :Duhhh....
iraha nyah nasib urang berubah, kieu-kieu wae hirup teh. tidak tahan saya mah
hidup seperti ini. kenapa ya tuhan tidak menghukum si lintah darat itu
eyyyy....
petani 2 :ehhhhh...
tong tarik-tarik atuh, takut ada yang denger. ken waelah nanti juga akan ada
balasannya untuk orang yang suka berbuat aniaya mah. sabar aja kita mah.
Sedangkan di rumah yang begitu mewah,
Nyi Endit menanyakan hasil kerja centeng-centengnya yaitu Barja dan Barji
nyi endit :barja!!! bagaimana? apakah semua padi sudah dibeli?
barja :engges
atuh nyi, ahhhh nukitu mah gampiiiiilll...,, tiharita ge urang duaan mah ges
langsung gawe nyi,
barji :tenang
weh tenang nyi ulah hariwanglah...
nyi endit :ha ha ha ha sebentar lagi mereka akan kehabisan beras dan
akan membeli padiku. aku akan semakin kaaayaaa....raaaayaaa... bagusss!! awasi terus para petani itu, jangan
sampai mereka menjual hasil panennya ke tempat lain... beri pelajaran pada
siapa saja yang membangkang...
Benar saja, beberapa minggu kemudian
para penduduk desa mulai kehabisan bahan makan, bahkan banyak yang sudah mulai
menderita kelaparan. Sementara Nyai Endit selalu berpesta pora dengan
makanan-makanan mewah dirumahnya.
penduduk 1 :aduhh... kumaha ieu persediaan beras urang tos tereh seep
penduduk 2 :ihh.. enya nyah bener, eleuhhh.. berarti urang kudu beli beras
ke nyai endit
penduduk 1 :jabaning,, cek tatangga anu sejen mah harga nateh naek limaa
kali lipat
penduduk 2 :kumaha atuh nasib urang??
penduduk 3 :assalamualaikum,, aya naon ieu teh? meni raaame gening
penduduk 1 :eta masalah nyai endit anu paaaaaangkoretna sadunia
penduduk 4 :enya tah kawas lagu tea gening eta gening anu koret merege hese
cap jahe nyai endit anu koret nyai endit anu pediitttt...
penduduk 3 :yaalloh mugia aya hidayah kanggo nyii endit
semua :aaaaaaammmmiinnn..
Seuatu siang yang panas dari ujung desa
nampak seorang desa yang berjalan dengan berbungkuk-bungkuk, dia melewati
pemukiman penduduk dengan tatapan penuh iba.
penduduk 4 :Eleuhhh ari nini bade kamana ?
nenek :duhhh, kela sakedap . nini
calik heula nya .
penduduk 4 :muhun sok ni,
nenek :ohok..
ohok....,, dedeuh teing itu penuduk, kalian tersiksa gara gara kelakuan nyi
endit
penduduk 4 :iya,, nek emang bener itu kelakuan nyi endit.
Kemudian para penduduk pun meninggalkan
nenek yang melanjutkan perjalanannya.
nenek :neng, saya numpang tanya
asih :muhun nek,kumaha?
nenek :diamanakah saya bisa
menemukan orang yang paling kaya di desa ini?
asih :ohhhh... maksud nenek
rumah nyi endit? sudah dekat nek,, nenek tinggal lurus aja atuh sampe
kepertigaan, lalu nenek belok kiri, lurus,belok kanan ada pertigaan nenek plih
yang kanan nah ada pertigaan lagi nenek kiri lagi terus kiri masih lurus nahhhh
itu rumahnya..
nenek :
aduhhh.. nenek mah pusing. kumaha upami dianterken wae ku neng gelis
asih :hayu..
atuh nek.
asih :nenek
teh mau apa ke rumah nyi endit?gimana gtuh? kenapa? ada apa?
nenek :saya
mau minta sedekah
asih :eleuhhh
percuma atuh nenek minta sedekah sama nyi endit mah gak bakalan di kasih atuh,,
kalau mau makan mah nenek bisa makan di rumah asih , tapiii ya seadanya.
nenek :tidak
perlu cuuu,, aku Cuma mau tau reaksinya kalau ada pengemis minta sedekah
seperti apa... nah kamu kasih tau kesemua penduduk untuk siap-siap mengungsi
kedataran yang tinggi
asih :ihhh
kunaon atuh nek,, meni rarewas, kunaon atuh nek kunaon kunaon?
nenek :sudahlah,,
makan dulu sanah
asih :ihhhhhh..
ari si nenek kalah iklan.
nenek :pokoknya
kamu kasih tahu aja itu semua karena nanti akan ada banjir bandang yang sangat
besar
asih :nenek
becanda ya,, masa iya ada banjir di musim kemarau?
nenek :nenek
tidak bercanda nenek hanya bercinta
penduduk :tottttweeetttttttttt....
nenek :iya
dong,,,nenekk kan pernah muda
penduduk :nenekpun
pernah mudaaaa.... pernaaaahh... mudaaa...
asih :gening,
araraneh.
Setelah itu, si nenek meninggalkan Nyi
Asih yang masih bengong.
Sementara itu, Nyai Endit sedang
menikmati hidangan yang berlimpah, demikian pula para centengnya.
Si nenek pengemis tiba di depan rumah
Nyai Endit dan langsung dihadang oleh para centeng.
barja :heh
nenek tua! cepat pergi dari sini! jangan sampai teras ini kotor gara-gara kamu
nenek :astagfirulloh,
saya kesini punya maksud
barji :maksud
apa sih nek?
barja :pasti
nenek mau ngemis ya?
nenek :saya
kesini mau minta sedekah, barangkali ada makanan sisa
barja :
apa peduliku emangnya aku bapakmu kalau mau makan ya beli jangan minta, sana
pergi sebelum saya sered.
nenek : nyai ndit keluarlah aku mau minta sedekah
nyai endit (teriak si nenek)
Centeng-centeng itu berusaha menyeret si
nenek yang terus berteriak-teriak, tapi tidak berhasil.
nyai endit : siapa sih yang berteriak teriak diluar ganggu orang
makan saja
nenek :
saya Cuma mau minta sedekah makanan dan saya sudah 3 hari belum makan
nyai endit : laaahhh gak makan kok minta pada saya, tidak ada cepat
pergi dari sini maka banyak lalat nyium baumu
Si nenek bukannya pergi tetapi malah
menancapkan tongkatnya ke tanah lalu memandang Nyai Endit dengan penuh
kemarahan.
nenek
: hey ndit selama ini tuhan memberi rezeki kepadamu kau kikir sementara penduduk
desa kelaparan kau malah menghambur hamburkan makanan.
aku
datang kesini sebagai jawaban atas doa para penduduk yang sengsara atas ulahmu!
kini bersiaplah menerima hukumanmu ..
nyi endit : whahaha kau mau menghukumku tidak salah nih kamu tidak
lihat centeng centeng ku banyak sekali pukul saja kau pasti mati.
nenek
: tidak perlu repot repot mengusir ku aku akan pergi dari sini aku akan pergi
dari jika kau bisa mencabut tongkatku dari tanah
nyi endit : dasar nenek gila apa susah nya nyabut tongkat
tanpa tenaga pun aku bisa.
Lalu huft! Nyai
Endit mencoba mencabut tongkat itu dengan satu tangan. Ternyata tongkat itu
tidak bergeming. Dia coba dengan dua tangan. huft huft masih tidak bergeming
juga.
Nyai Endit : sialan centeng cabut tongkat itu awas kalau sampai tak
tercabut gajih kalian aku potong.
Centeng-centeng itu mencoba mencabut
tongkat si nenek itu. Namun, meski sudah ditarik oleh tiga orang tongkat itu
tetap tak bergeming.
nenek :
hahahahaha kalian tidak berhasil ternyata tenaga kalian tidak seberapa lihat
aku akan mencabut tongkat ini.
Bruttt dengan sekali hentakan, tongkat
itu sudah terangkat dari tanah. Byur.... tiba-tiba dari bekas tancapan tongkat
si nenek menyembur air yang sangat deras.
nenek
: endit inilah hukuman buatmu air ini adalah air mata para penduduk yang
sengsara karenamu. kau dan seluruh hartamu akan tenggelam oleh air ini.
Setelah berkata demikian, si nenek
tiba-tiba menghilang entah kemana. Tinggal Nyai Endit yang panik melihat air
yang meluap dengan deras. Dia berusaha berlari menyelamatkan hartanya, namun
air bah lebih cepat menenggelamkannya beserta hartanya. Didesa itu kini
terbentuk sebuah danau kecil yang indah. orang menemakannya Situ Bagendit. Situ
artinya danau dan bagendit berasal dari kata endit.
No comments:
Post a Comment